Filament: Lapar

Yo readers! Jadi aku gabut, dan aku pengen bikin fic Filament, game kedua Gokuto. Dan aku lagi nggak mood post di wordpress, aku spam di sini aja ya! Under the cut!



Mata Chihiro terbuka.
Mendadak bangun. Nggak tau kenapa.
Tadi mimpi apa? Nggak inget. Kebangun aja.
Chihiro berusaha tidur lagi. Merem.

Lalu perutnya bunyi.

Chihiro mengabaikannya. Dia tetap memejamkan matanya, berusaha unuk tidur. Beberapa menit lewat, rasa kantuknya masih belum kembali. Tenggorokannya juga mendadak terasa kering. Haus. Butuh minum. Entah sugesti karena lapar atau apa, tapi dia benar-benar ingin beranjak dari kasur dan mencari sesuatu untuk membahagiakan perutnya.

Jam berapa sekarang? Nggak tau. Apakah masih ada yang bangun? Nggak tau. Si suster freak juga nggak ada. Chihiro sendiri di kamar, nggak bisa nanya jam ke siapapun, apalagi menyuruh untuk mengambilkan makanan.

Duh, perutnya makin dibiarin makin laper. Mulai sakit malah. Bisa jadi panggilan alam, bisa juga faktor kurang nutrisi.

Bangun nggak? Bangun nggak?
Mager.

Kembali memejamkan mata. Sudahlah, nanti laparnya pasti hilang, ujar benak Chihiro. Ya kalau cuma bunyi sebentar sih nggak apa-apa. Masalahnya ini lho. Sakit. Butuh minum juga. Tapi magernya ngak bisa dilawan. Chihiro tetap berusaha untuk kembali ke alam mimpi.

Beberapa menit lewat lagi. Chihiro sudah kentut dua kali. Tapi... lanjut tidur aja kayaknya. Kalo bisa. Sayangnya, nggak bisa. Chihiro sudah lima belas menit berusaha tidur, menahan lapar perutnya. Nggak begitu ngaruh, malah makin lapar. Tapi Chihiro pantang menyerah. Dipaksanya dirinya unuk masuk alam mimpi. Sekali lagi sayang, Chihiro ditolak. Nggak boleh masuk alam mimpi. Harus memenuhi panggilan dulu. Panggilan perut. Panggilan pencernaan. Lapar tengah malam.

Chihiro akhirnya mengalah pada dirinya sendiri. Ditariknya kakinya untuk turun dari kasur, lalu menguap. Sialan. Tadi nggak bisa tidur, sekarang malah menguap. Rasa lapar masih menghuni perutnya. Tapi sebelum keluar, dia debat dnegan diri sendiri lagi. Masih adakah yang bangun? Mungkin semuanya sudah tidur? Kalau nggak ada makanan, gimana? Kalau dapur dikunci? Harus ganggu Dokter dulu kah?

Kruyuuuuuk.

Perut Chihiro protes pada dirinya sendiri.
Menuruti perutnya, berjalanlah Chihiro ke luar kamar. Masih malam, tapi nggak tau juga jam berapa. Ceknya sekalian di dapur saja. Chihiro menuruni tangga, dengan pandangan setengah kabur. Mengantuk tapi tak bisa tidur, adalah perasaan yang dibenci Chihiro. Apalagi digabung dengan lapar. Argh.

Chihiro membuka pintu dapur, agak sangsi ada makhluk lain di situ. Eh, ternyata ada juga kok.

Chihiro diam di depan pintu, melihat ke arah jam. Jam setengah satu. Chihiro mengalihkan fokus, ke arah makhluk lain yang sedang membelakanginya. Chihiro diam saja, tidak memanggil. Mau iseng sedikit boleh lah ya.

Makhluk itu berbalik, iris hijau terangnya bertemu sosok lain yang nempel di pintu, yang sedang memelototinya. Sontak dia kaget.

"Waah!"

Chihiro cekikikan, lalu menghampiri dia.

"Eeeh, kamu!" Matsomoto masih terkaget-kaget, tadi dia hampir menjatuhkan botol-botol berisi beragam cairan di tangannya.
"Kenapa ke sini malam-malam? Nggak bisa tidur?" Matsumoto bertanya agak ragu.
Chihiro memegang perutnya, mengindikasikan bahwa dia lapar. Matsumoto menangkap isyarat manusia di hadapannya.
"Aduh, aku nggak tau makanan ada di mana. Tapi kalau obat tidur, aku bisa buat satu. Mau?" Tawar Matsumoto.
Jawaban pertanyaan Matsumoto diwakili dengan perut Chihiro yang berbunyi. Agak keras. Cewek apaan tuh.
"Eeh, lapar ya. Bukan mengantuk. Uhm... Mau kupanggilkan Suigin-san?"
Chihiro menggeleng. Tidak ingin merepotkan terlalu banyak. Malah tadinya tidak maj merepotkan Matsumoto juga. Tapi yah, mau gimana lagi.
"Ooh, baiklah... tapi seharusnya ada susu. Eh, sebentar..."

Matsumoto mulai mengacak-acak lemari. Chihiro, daripada cengo, memilih untuk membantu gokusotsu kecil itu mencari susu. Entah susu ditaruh di sudut yang mana, tapi tidak terlihat satupun kotak susu. Mengintip ke kulkas juga tidak ada. Malah lebih banyak teh.

"Aah, habis mungkin ya?" Matsumoto berpikir keras.
"Teh nggak bikin kenyang, malah bikin nggak ngantuk. Di kulkas hanya ada makanan mentah, aku nggak berani ambil tanpa izin. Buah... nggak bikin kenyang juga sih ya. Atau, kamu mau buah?"

Chihiro bengong. Daritadi bocah hijau di depannya ini ngomong apaan? Nggak nyimak.

Matsumoto facepalm.

"Heii!!"
Chihiro dan Matsumoto melompat kaget dikarenakan sebuah tangan mendarat di pundak mereka. Tapi, menengok ke belakang, ternyata hanya si gadis berambut biru.
"Oh, Benibara. Kok ada di sini?" Matsumoto kembali bertanya.
"Abis dari toilet. Kalian ngapain?"
"Dia lapar, tapi aku kurang tau makanan ada di mana." Matsumoto menunjuk Chihiro.
"Lapar doang? Hehe, kenapa nggak langsung ke aku aja? Aku punya inii!"
Benibara menyodorkan sebuah cokelat, Chihiro merasa mereknya familiar.
"Ooh. Kamu mau? Nggak apa-apa?" Matsumoto menoleh ke arah Chihiro. Chihiro menyambar cokelat itu dan berkata terima kasih, lalu memakannya.
"Mendingan?"
"Mendingan."

Lalu lapar Chihiro selesai. Dengan lega. Semua bahagia.
Ralat. Matsumoto facepalm.


--end

Buset kenapa endingnya jadi gini. Sekarang kalian paham kenapa aku nggak post ini di wordpress.
JADI, AKU GABUT. GABUT TINGKAT DEWA. Dan abis nonton Donut Hole dengan tokoh-tokoh Filament, tiba-tiba jadi pengen bikin fic. Jadi yha.
Ngomong-ngomong aku belom terlalu 'mendalami' Filament, dan cuma ngerti sebagian doang. Mungkin karakterisasi salah, tapi yaudahlah ya. Cuma fic penghilang bosan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

sketsa Dragon Warrior (not by me) + bonus foto Code Lyoko

Bantuin nyari judulnya dong, ga ada ide nih

Merah dan Biru