365/365

Yo readers!

Aah, akhirnya tahun baru! Senangnyaaa! 2015 adalah tahun yang panjang, aku capek banget lmao. Tapi!! Sekarang semuanya sudah tinggal kenangan! Makasih 2015! Banyak hal yang terjadi di tahun ini, HIGHLIGHTNYA ADALAH #UNSMP2015 AAAAAAARGH tapi itupun sudah lewat ♡ Good luck buat anak-anak yang UN tahun ini! Semoga sukses ya wkwk.

Baiklah! Sekarang saatnya summary! Tahun lalu aku post summary di sideblog, tapi tahun ini, aku akan menggila di sini!

UNDER THE CUT YOOO


Gambar selama setahun!

Coloringnya beda-beda tiap bulan ya wakak
Harap abaikan Maret dan Februari, aku menggila di bulan itu. Belajarnya ekstrim banget, lelah! Terus bulan Oktober aku nggak bikin digital art yang niat karena sibuk inktober. Yah, selipin inktober aja sebagai penggantinya ya haha

◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆

(Readers: apa sih norak banget -_-)

Writer's log! Cerita-cerita kesukaanku yang ditulis di bulan itu plus cuplikannya~

Januari: Surat Nasionalisme: Pertemuan [Entri ini digabung dengan chapter Pagi yang ditulis di Desember]
Koko segera mempercepat langkahnya begitu melihat Emi dan Azra sudah ada di hadapan kakak itu.
"Permisi kakak, kita ada tugas dari guru untuk ngasih makanan ke orang nggak mampu, kakak mau nggak?" Azra kembali mengulang kalimat yang sudah dia ucapkan belasan kali hari ini sambil menyodorkan bungkusan makanan. Sudah tidak ada lagi rasa takut dan malu pada suaranya, dia hanya ingin tugas jahannam ini cepat selesai.


Februari: Adventurous Dreamer (1)
Dokter bilang aku akan meninggal hari ini. Aku mendengarnya berbicara dengan suster di luar, barulah Dokter masuk ke ruangan. Dia mengusap kepalaku, mengasihani aku. Butir air mata tebrntuk di pipiku. Tidak ada ibadah yang bisa kulakukan selain memohon ampun. Aku tidak bisa apa-apa. Aku hanya berharap aku tidak terjerumus ke dalam neraka.
Lalu dalam hatiku terbentuk amarah. Aku tidak ingin mati saat ini. Belum cukupkan tuhan menyiksaku, bahkan di saat-saat terakhirku?


Maret: Taman 19 Warna (1)
Fue membuka loker. Seingatnya, masih ada satu barang miliknya yang tertinggal di dalamnya. Sebuah kotak serbaguna yang dia pakai sebagai wadah untuk patahan-patahan pensil warna. Hobi Fue yang satu ini memang agak aneh. Dia suka mengumpulkan patahan pensil warna. Berbagai warna dia masukkan ke dalam kotak yang sama. Tapi hobi itu hilang sejak 4 tahun lalu. Fue sudah bosan.


April: Kelas N1
Waktu istirahat selama lima belas menit tidak pernah berlalu dengan hening di kelas N1 di Bimbingan Belajar Metonimia. Dua belas murid kelas sembilan di dalamnya selalu asyik mengobrol satu sama lain, bahkan di waktu pelajaran. Pengecualian kalau pelajaran Pak Rudi, guru matematika. Kalau beliau di kelas, separuh kelas langsung tidur. Seperempatnya main handphone, sepertiganya mengobrol pelan, sisanya memperhatikan dengan tanpa niat. Tapi memang begitulah atmosfir yang dibawa Pak Rudi. Bawaannya pusing dan ngantuk.


Mei: Aku Ingin Melihat (di LGD, aku gak akan kasih link :^) )
Sejak pertama kali melihat ini, aku langsung tertarik. Aku ingin mengenal dunia ini. Dunia yang lebih indah dari duniaku. Aku ingin menapakkan kaki di tanah ini, dunia yang indah. Bahkan walaupun orang tuaku melarangku ke sini, aku selalu diam-diam melanggar. Tetap saja aku pergi ke sini. Lalu memandang keindahan dunia ini sambil berharap aku bisa ke bawah.
Dunia yang indah ini...
Aku harap aku bisa selamanya berada di menara ini...


Juni: Lucky Star (HaraGami)
"Idiih, Tagamii!" Hirahara merangkul Tagami tiba-tiba. Tagami makin kesal.
"Aku nggak bikin satu doang 'kali! Aku masih simpen kok! Lihat!" Hirahara menunjukkan bintang lain yang sudah dibuatnya. Ada empat buah. Dua kuning di tangan kiri, dua oranye di tangan kanan.
"Ini deh, dua buat Tagami! Oranye dua-duanya!" Hirahara menyodorkan kedua bintang oranyenya. Lagi-lagi Tagami hanya menatap bintang itu.
"Nggak mau." Tagami tetap bertahan. Tapi kali ini dia tidak menghindari Hirahara. Hanya memalingkan muka saja.


Juli: Aku Juga Mau!
"Sena, orang tua nggak perlu nunggu Hari Anak buat memberikan sesuatu yang spesial. Tiap hari kan, kita dapat layanan spesial dari Ibu sama Bapak! Ya nggak?"
"Bukan gitu kaak," Sena memdengus, "Kan kalau soal cari nafkah, memasak untuk anak dan sebagainya kan memang kewajiban harian orang tua. Memang sih seharusnya anak membantu, tapi kenapa nggak memberi sesuatu yang spesial juga di Hari Anak?"


Agustus: Tengah Hari Panas
Makanan dan minuman kami habis. Tapi kami masih duduk di meja, menunggu matahari sedikit lebih turun. Mana rela kami pulang saat cuaca seterik ini. Kulit kami bisa-bisa gosong. Akhirnya, kami hanya duduk berdua sambil mengobrol. Kadang dia melemparkan gombalan. Kadang aku yang menggombal. Beberapa cekikikan terdengar dari meja kami. Walaupun mungkin kami berdua tipe pasif, tapi bercanda ria seperti ini menyenangkan juga. Terus kami saling melempar godaan, hingga hanya tinggal lima belas menit menuju jam satu.


September: Auld Lang Syne
Saeki menghampiri piano tua yang tidak berdebu tersebut. Piano ini sering dipakai, jadi fungsinya masih baik dan suaranya tetap bagus. Anak berambut cokelat tersebut duduk di kursi, dan mulai memainkan sebuah lagu. Kirishima belum pernah mendengar lagu ini. Lagu yang memiliki irama yang
tidak lambat, tapi terdengar sedih. Tidak ada yang bersuara kecuali piano dan sedikit gumaman dari mulut Saeki, membuat lagu ini lebih terasa. Keluarga Kirishima, terutama si anak sendiri, merasa kagum. Saeki sudah bisa memainkan lagu di piano.


Oktober: Di Dekatmu
Nyaman. Bola mata Saeki memantulkan cahaya bintang-bintang itu, terlihat berbinar, berkelip. Hanya dengan melihat langit, Saeki merasa tenang, nyaman, seolah tidak ada beban pikiran. Tidak ada penat, tidak ada masalah yang mengerubung di kepalanya kali ini. Hanya imajinasinya yang terbang melayang dengan ringan, membumbung tinggi seolah bisa mencapai bintang-bintang yang jauh. Saeki hanya menatap langit dengan terkesan, melihat lukisan alami di atas sana.


November: Hujan di Teras/Obrolan Panjang (1)
Tagami menengok ke sumber suara. Ada seseorang memakai jas hujan berwarna gelap. Rambutnya oranye. Dia terlihat ceria, dengan sedikit ekspresi bingung. Tagami pura-pura tidak melihat, bengong menatap tanaman yang daunnya disapa tetesan gerimis. Tapi Tagami tidak bisa mengabaikan suara di sekitarnya. Terdengar bunyi cipak-cipak air, seperti diinjak oleh seseorang. Mengarah ke arahnya.
Dia berhenti di hadapannya. Tagami mengangkat kepalanya, menatap ke arah iris kuning milik makhluk di hadapannya.
"Halo! Kamu siapa?"


Desember: Gokuto? Jihen
"He's not wrong. A simple game like yours to beat games with better concept, graphics, and even with voice acting, is not really acceptable." Mishiro sighed.
"Losing is losing! But honestly i don't wanna lose!" Nanashi shouted wih a smile, laughing at the sentence he had just said.
"To get comicalized, have a PV, official twitter with weekly skits, two only events, and a darn sequel. How's that possible." Keith rants.
"Yeah..." Kirishima rolled his eyes. Honestly, he doesn't get it either.

---

Wow, keliatan banget kalo gue sampah Gokuto yak? Wkwk. Personal fav? AULD LANG SYNE OF COURSE GUE GEGULINGAN BIKIN FIC INI BANYAK BAWA KENANGAN. Kalo link nggak disertakan, berarti mereka belum kupost di manapun. Entah akan aku post di masa depan atau nggak, lihat nanti~
Baiklah! Semoga 2016 jadi tahun yang baik! Good luck untuk kalian semua!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

sketsa Dragon Warrior (not by me) + bonus foto Code Lyoko

Bantuin nyari judulnya dong, ga ada ide nih

Merah dan Biru