Fanfic ft. Khs: Lelaki yang bersenandung malam

Yo readers! Dari judulnya sudah bisa disimpulkan ini entri apa. Padahal judulnya gaada.

(EDIT: udah ada judulnya kok wakak)

Ga jelas.

Akhirnya aku bisa balik. Gila minggu ini banyak tugas dan ulangan. Untung hari ini bebas dikit. Entri ini cuma fanfic collab lama bareng Khs. Nggak bisa dibilang collab sih, lebih tepatnya Khs narasi sambil aku celetak-celetuk. Yang re-arrage juga Khs, tapi aku yang ngepost. Padahal aku ga ngapa-ngapain wakak. Kita bikin fic ini di tengah malam di penghujung Agustus. Tapi aku baru post sekarang. Oiya, fanfic ini masih ga ada judulnya.

Seperti biasa, ini fanfic Gokuto Jihen atau Underworld Capital Incident, dengan pairing Kirishima/Saeki. OTP kita.

Kronologis kejadian.
Background chat milik assasin-bioweapon di tumblr.


Kurang lebih begitulah. Pokoknya fanfic ini empuk (?), unyu, dan bikin kita melting banget. Entah kekurangan dosis kirisae atau kenapa, kita ga ngerti. Tapi kita sangat bahagia dan bangga dengan fic ini.

Seperti biasa, read more!

---

Lelaki Yang Bersenandung Malam


Lagu itu hidup di jalan.

Saeki selalu mendengarkannya ketika para seniman jalanan tersebut lewat di depan rumahnya. Tetapi di karenakan statusnya sebagai keluarga terpandang, ia tidak diizinkan berpergian pada malam hari.

Saat itu Saeki sudah jatuh cinta dengan alunan musik tersebut.

Meski tidak tahu siapa yang memainkan, lagu itu terus terngiang dalam benaknya.

Suatu malam Saeki merasa kesal karena masalah keluarganya yang tak kunjung selesai.

Malam itu dia pergi dengan nekatnya. Ketika itu samar-samar ia mendengar nada yang ia kenali. Secara tidak sadar ia ikut bersenandung. Saeki bertanya-tanya siapa yang memainkan nada seindah itu.

Apakah seorang kakek-kakek tua yang mengabdikan hidupnya pada musik jalanan? Atau orang yang sekedar mencari uang?

Malangnya, Saeki tidak bertemu dengan seniman tersebut. Akhirnya dia pulang dengan berat hati. Terbayang olehnya omelan Saitou, ayahnya. Ia tidak suka mendengar beliau marah-marah.

Takdir masih memainkan peranannya.

Saat itu ia dan keluarga menghadiri jamuan makan malam oleh kawan ayahnya.
Dan ia mendengar lagu yang begitu familiar di kejauhan.

Saeki terlonjak dan membuat seisi meja kaget.
"Ada apa?"
Saeki tersenyum sopan. "Maaf, saya permisi sebentar."

Saeki berkeliling mencari sumber suara tersebut.

Dan ia menemukan sosok pemuda berambut hitam.

Matanya berwarna jingga.

Saeki menghampiri orang tersebut. Yang dihampiri berhenti memainkan lagunya.

"Butuh sesuatu?"
"Ah, tidak." jawab Saeki. "Lagu itu.. bagus."
 Pemuda itu diam saja.
"Kamu yg buat?
"Bukan."

 Suasana canggung pun tercipta.

"Bisa kau mainkan sekali lagi?"
Pemuda itu memandangnya tanpa ekspresi. "Kenapa?"
Saeki semakin canggung. "Aku seperti pernah mendengar lagu ini."
"Tentu saja." jawab pemuda tersebut.
"Lagu ini hidup di jalan. Semua orang pasti pernah mendengarnya"
"Siapa yang menciptakannya?"

Pemuda bermata jingga itu tidak menjawab. Ia kembali memainkan lagu lain.

Saeki hanya terdiam. Melihat pemuda tersebut yang tidak berniat menjawab, ia lantas menyerah dan pergi.

Seketika lagunya terhenti.

"Temanku."

Saeki menghentikan langkahnya. Ia menoleh.

"Ia tidak disini." lanjut pemuda itu.

Saeki tahu itu.

"Kau tahu dia dimana?"

"Memangnya kenapa? Kau ingin bertemu dengannya?"

Saeki salah tingkah ketika pemuda itu mengetahui maksud keinginannya.

"[________]"

Lalu sang pemuda tidak menggubrisnya lagi.

Itu membuat Saeki cukup kesal. Ia berniat melupakan lagu itu.

Tapi ia tidak bisa.

Selepas jamuan makan malam tersebut, ia masih ingat perkataan aneh pemuda bermata jingga yang tadi ditemuinya.

"Kamu tidak bisa bertemu dengannya sebagaimana kamu bertemu dengan orang-orang."

Tapi bukan itu yg menganggu benak Saeki, melainkan suatu kalimat yg terasa sangat janggal.

"Malam mengangkasa, hitam kelam rambutnya. Ia menyanyi dalam diam, seluruh jagat raya mengheningkan cipta untuknya. Samudera ikut mendengarkan, laut biru yang terbentang luas di matanya."

Saeki memikirkan puisi (atau mantra?) tersebut. Ia masih tidak paham.

Karena terlalu lelah berpikir, ia tertidur.

Saat itu, ia masih 12 tahun.

***

Malam ini, umurnya menginjak 22.

Saat itu ia berjalan tengah malam sepulang dari perguruan tinggi.

Pusing.
Depresi.
Frustasi.

Ia berpikir lebih baik malam ini hidupnya berakhir.

"Kuliah setan."
"Orang tua gak bener."

Saeki tidak bisa berpikir. Ia kehilangan motivasi untuk hidup.

Saat itu bulan sedang penuh.
Tanpa sadar ia menyanyikan lagu yang telah lama ia lupakan.

Lagu masa kecilnya

Ketika itu ia selalu mendengar lagu tersebut dari balik jendela kamarnya. Hingga jamuan makan yang mempertemukannya dengan pemuda bermata jingga.

Dan tiba-tiba, ia teringat sebuah puisi,

"Malam mengangkasa, hitam kelam rambutnya. Ia menyanyi dalam diam, seluruh jagat raya mengheningkan cipta untuknya. Samudera ikut mendengarkan, laut biru yang terbentang luas di matanya."

Hening.

Saeki tertawa pahit.

'Keanak-anakan.' batinnya. Ia kembali melanjutkan langkahnya.

Sebelum ia mendengar suatu suara,

"Halo, insan yang tersesat.
Tengah malam aku menyapa.
Di matanya ada langit,
Langit biru yang terbentang.
Selamat malam, kamu yang disana.
Salam kenal."

Saeki menghentikan langkahnya. Ia merasa enggan untuk melihat siapa sosok dibalik suara tersebut. Tapi ia tetap menoleh.

Dan menemukan seorang pemuda.

Rambutnya hitam.
Matanya berwarna biru tua dan pembawaannya tenang.

Bersamanya ada harmonika, dan ia memainkan lagu yang sangat familiar.

Saeki diam, mendengarkan lagu itu dengan hatinya. Dan ketika lagu itu selesai pemuda itu hanya menatapnya datar namun penuh arti.

Saeki bingung. Mendadak jantungnya berdebar tidak karuan. Sampai ia tidak sadar kalo wajahnya sedikit bersemu.

Namun pemuda itu hendak beranjak pergi.

"Sebentar!" Saeki berseru.
"Kau pencipta lagu ini? Atau?" Pemuda itu diam saja, mengingatkan dia dengan pemuda lainnya bermata jingga.

'Dasar setipe..' bisiknya dalam hati.

"Bukan ya...?"
Tak ada jawaban.
"Seseorang memberitahuku, katanya yang membuat lagu ini
rambutnya hitam seperti langit malam. Matanya sebiru samudera. Ia menyanyi dalam diam."
"Mungkin itu kamu?"
Pemuda itu masih tidak menjawab. Saeki mulai kesal.
"Setidaknya kenapa kamu muncul tiba-tiba?"
Masih diam.
Saeki frustasi.
"Siapa namamu?"
Hening.
"Baiklah, mungkin kamu tidak bersedia untuk menjawab."

"Terima kasih. Dan-oh. Lagu itu bagus."

Saeki beranjak pergi, namun ia berhenti ketika mendengar suara pemuda tersebut.

"Kirishima."
"Hah?" Saeki bingung.
"Namaku."

Saeki masih berusaha memproses apa yang terjadi.

Lalu si pemuda itu melakukan sesuatu yang tak terduga, yang membuat waktu serasa berhenti hanya untuk mereka berdua.

Di wajah datarnya, ia tersenyum hangat. Untuk sekilas.

"Selamat malam untukmu. Terima kasih telah menungguku."

Saeki merasa dadanya sesak oleh rasa rindu.

Kini ia sadar, bahwa pemuda itu tahu ia telah menantikan perjumpaan mereka selama kurang lebih sepuluh tahun lamanya.

Dan saeki tidak akan lupa.

Malam itu, jagat raya ikut tersenyum kepadanya.

-end

Komentar

Posting Komentar

Boleh dong tinggalin jejak *winkwink

Postingan populer dari blog ini

sketsa Dragon Warrior (not by me) + bonus foto Code Lyoko

Bantuin nyari judulnya dong, ga ada ide nih

Merah dan Biru