Kiro dan Empat Pelajaran Ajaib: #1

Bukan, bukan judul random. Itu emang judul buat series yang akan kupost nanti. Tunggu aja.


Yo readers sekalian!

Akhirnya ada waktu buat ngepost lagi. Kangen blogging woy, kangen masa-masa bebas dulu. Sekarang segalanya sibuk! Entri bulan Agustus pada menumpuk di draft, tak tersentuh...

Btw, bacotan Kiro kok mulai menghilang ya? Sepertinya aku harus mulai ngebacot lagi. Berubung angkatan 2000 adalah penerima UN SMP terakhir, aku akan sedikit membantu kalian.

BACOTAN KIRO DAN EMPAT PELAJARAN AJAIB: BAHASA INDONESIA

Nulis ini sambil dengerin lagu-lagu Indo yang enak. Ou yeah, feelnya sangat pas. Kusarankan baca ini sambil denger Indonesian voices: Rumah Kita, atau Project Pop: Indovers. Biar lebih berasa.


Kita ngomong pake bahasa Indonesia. Aku nulis pake bahasa Indo gaul. Nggak terlalu memenuhi syarat 'bahasa Indonesia yang baik dan benar' atau sesuai KBBI. Yaudah sih suka-suka gue.

Kucrit satu ini adalah pelajaran yang suka diremehkan sama murid-murid males.

Kata-kata andalan: "Yaelah, Bindo. Apa yang mesti dipelajarin sih. Gausah belajar yuk. Yuk."
Kenyataan waktu ujian: "Ini apa jawabannya yaaaa eeheeheehee ngasal aja ahhh huahahahaaha.'

/ditabok readers/

Harus kuakui, aku juga kalo Bindo jarang belajar. Bingung mau belajar apa, males latihan. Jalan ke rak buku buat ngambil buku latihan aja males. Tapi nilainya nggak lebih tinggi dari 8. Dunia meledak seketika.


Problema pertama dalam bahasa Indonesia: Analisis itu susah.

Ambigu adalah musuh utama.
Wacana tuh hal paling keramat dalam Sastra. Disertakan dalam segala hal, setiap inci lembar soal. Makanya lembar soal Bindo paling tebel. Satu soal butuh 10 baris. Bacanya aja males, apalagi nyari jawaban? Semua jawabannya ambigu pula.
Bagaikan nyari SATU permen mint diantara setoples penuh permen warna-warni. Permennya sih banyak, tapi yang mint cuma satu. Transparan gitu lagi. Harus ngobok-ngobok dulu #akurapopo
Cara ajaib buat mencari jawaban? Cari yang sabar. Mendingan soalnya dibaca beberapa kali. Bahasa itu butuh ketelitian super tinggi. Buat yang males baca? Itu sih derita lo. Siapa suruh males.


Kedua, ketelitian harus sangaat tinggi.

Contoh betul: "Woi anak-anak manusia! Bantuin mikir sini!" Emi menjitak kepala anggota lainnya.
Contoh salah: "Woi anak anak manusia! Bantuin mikir sini!" Emi menjitak kepala anggota lainnya.
Kalian nyadar apa yang berbeda? Tanda strip.
Dalam bahasa Indonesia, usahakan jawabanmu tertulis se-sempurna mungkin. Huruf kapital itu esens penting. Tanda baca juga. Sunting ulang semuanya sebelum masuk tempat eksekusi, tumpukan kertas yang akan dikoreksi.
Saranku, selalu gunakan huruf kapilat yang benar setiap menulis. Jangan lupa tanda baca. Lama-lama bakal kebiasa sendiri.


Ketiga, kosakata kurang.

Contoh benar: Permukiman.
Contoh salah: Pemukiman.
Berbahagialah kalian yang rajin baca kamus dan baca cerita. Kosakata juga elemen penting dalam Bahasa. Diksi itu penting. Ga usah tinggi-tinggi amat, yang penting tepat. Kayak diksi gue huahaha //shut
Saranku, sering-sering baca cerita atau baca puisi. Diksi yang tinggi-tinggi dan kamus bisa membantu kalian.


Keempat, Jawaban terlalu ambigu/jawaban tersembunyi dan susah ketemu.

Teliti. Udah dibilangin, Bahasa itu HARUS terliti. Salah tanda koma aja udah fatal. Beda simbol udah terhitung beda. Diksi beda, nilainya juga beda. Te-li-ti.
Kalau jawaban ambigu, cari yang lebih enak didengar atau pas dengan soalnya. Entah kalimat dalam soal diulang lagi, atau apalah. Rajin-rajin latihan deh. Nanti lama-lama biasa mencari jawaban diantara ke-ambigu-an.

Kelima, MALES LATIHAN.

Ini mah salah kalian sendiri. Bahasa Indonesia itu materinya nggak banyak, kalian cuma dituntut untuk latihan dan teliti. Udah itu aja. Bahasa kan baik.


KESIMPULAN: TELITI DAN RAJINLAH LATIHAN SOAL.


Sepertinya tidak terlalu membantu. Pfffhh. Baiklah, sampai jumpa lain waktu!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

sketsa Dragon Warrior (not by me) + bonus foto Code Lyoko

Bantuin nyari judulnya dong, ga ada ide nih

Merah dan Biru