UTAU: Ib's gallery! (1)
Yoo Readers, What's up? :D *epic grin*
Kali ini, aku bakal nulis fic crossover antara Vocaloid (baca: UTAU) sama Ib. Dan chara utamanya..... Nao!! Tee-Hee~
Nao: HAH?
Kiro: Iya, soalnya aku nemu Hanasu kamu yang Ib di niconico, dan aku langsung kepikiran buat bikin fic ini!
Nao: Ukh, aku tau siapa Garry-nya.... *orz*
Tapi tenang aja, ini aku beda-bedain dikit kok. Dan tentu saja, aku juga akan masuk ke fic ini. *more epic grin* So, let's start!
Disclaimer: UTAU punya creatornya masing-masing, Vocaloid nyasar punya Yamaha, Ib punya Kouri.
Genre: Mystery, Humor, Friendship agak menyerempet ke romance (Tsuki: RUSUUUUH!!!!)
Warning: OOC Parah, dan keabalan lainnya.
Langit biru cerah berawan. Matahari bersinar terang. Hari ini, Nao dan keluarganya akan mengunjungi sebuah galeri dari seorang pelukis terkenal, Mucha Charm.
-line break-
Charm: DA FUQ?
Kiro: Aaaa, Charm jangan marah. Aku cuma iseeeng ;A;
Charm: Huh, terserahlah. Tapi, makasih udah masukin aku jadi salah satu karakter di fic ini.
Kiro: karakter apanya? Kan Guartena udah mati, jadi kamu juga cuma numpang nama doang~
Charm: *gebuk kiro*
-line break-
Pintu besar di depan Nao terbuka dan menampilkan isi galeri yang penuh karya seni menakjubkan.
"Uwaaah!" Nao terlihat kagum. Begitu juga keluarganya yang terlihat begitu antusias, apalagi mamanya.
"Nggak sia-sia aku ikut kesini!" Sahut Nae bersemangat. Padahal, nggak biasanya dia tertarik pada seni.
"Keren kan? Disini bukan cuma lukisan, banyak juga patung, dan karya seni lainnya! Yakin deh, kalian nggak akan bosan melihatnya!" Mama Nao menjelaskan, sementara putra-putrinya, entah mendengar atau tidak, masih terus mengagumi keindahan galeri ini.
"Ke meja resepsi dulu yuk!" Ajak Papa Nao. Keluarga beranggotakan empat orang itu berjalan menuju meja resepsi. Para orang dewasa sibuk berbicara dengan petugas botak disana. Sementara, anak-anak mulai bosan sekaligus tak sabar ingin segera melihat-lihat.
"Ma, aku mau lihat-lihat duluan ya!" Nao dengan semangatnya mulai berjalan menyusuri lantai bawah. Daripada lumutan dan nggak ngerti apa saja yang dibicarakan orang dewasa itu, mendingan langsung cabut dan melihat-lihat lukisan.
"Nao! Tunggu!" Mamanya menahan.
"Apa ma?" Nao mulai malas. Mamanya mengeluarkan sebuah kain biru persegi dan memberikannya kepada Nao. Nao sudah sangat kenal benda itu. Saputangan yang didapatnya ketika ulang tahunnya yang kesembilan. Entah untuk apa saputangan itu.
"Saputangan? Buat apa?" Nao bingung.
"Bawa aja. Siapa tau kamu butuh. Jangan sampai hilang ya! Oh iya, jangan membuat keributan di galeri!" Mamanya mengingatkan.
"Oke ma." Nao mulai berlari menyusuri galeri itu.
"Ikut kak!" Nae mengejarnya. Shigure bersaudara itu mulai melihat-lihat lukisan di lantai bawah, lalu ke lantai atas. Nao dan Nae berbicara ke setiap orang yang mereka temui. Di lantai atas, di depan lukisan 'the hanged man', seorang pemuda berdiri dengan diam. Dia terus menatap lukisan itu.
"Hei?" Panggil Nao. Pemuda di depannya tak merespon. Hanya diam dan tak berkata apapun.
"Kakak serius banget. Muka si hanged man serem tau!" Nae sedikit bercanda.
"......"
"Yah, dikacangin."
Bosan karena terus dicuekin, Shigure bersaudara itu mengambil langkah menuju tempat lain. Hingga di sebuah lukisan yang besar, Nao berhenti dan membaca judul lukisan tersebut.
"Blablabla World. Aelah, aku gak tau ini kanji apa. Nae, ka-AAAA!!!"
Sekeliling Nao mendadak gelap.
'Alamakalamakgimanainidemiapapunguetakutwadohwadohwaaaaaaa'
Nao menahan napas. Ketakutan. Beberapa detik kamudian, lampunya menyala lagi dengan cahaya yang redup.
"HOREEEE AKHIRNYA NYALAAAAA" Nao sujud syukur.
"Nae kamu- HAH." Nao cengo. Dia tak mendapati si rambut cyan panjang berkuncir dua bawah di sebelahnya. Nao cengo.
cengo.
cengo.
cengo lagi.
"NAEEEEEEE JANGAN NAKUTIN GUEEEEE!!!!!!" Nao lari-larian saking paniknya. Nao berlari menuruni tangga. Saat dia berlari, tak ada siapapun. Di bawah, lampu berkedip-kedip. Nao semakin ketakutan. Dia terus berlari menyusuri pameran lantai bawah. Di dekat lukisan 'the coughing man' terdengar sesuatu.
"Uhuk"
"LAKI-LAKI ITU BENERAN CEGUKAAAAN!!!!"
Nao kembali berlari. Kali ini ke meja resepsi.
'Oke, jangan panik. Jangan panik.'
Nao menenangkan diri. Dia berjalan menuju pintu. Terkunci. Tak ada kunci tersangkut di lubang kuncinya.
"Mati."
Nao melihat ke jendela. Berembun. Tak terlihat apapun. Nao merenung, menatap keluar jendela, hingga cairan merah mengalir dari atas jendela dan membuat jendela itu merah semua.
"HYAAAA!!" Nao makin panik. Nao berlari ke atas lagi. Saat Nao berlari, dia seperti melihat ada bayangan orang berjalan di luar jendela.
'Ini kan lantai dua!' Nao cengo melihat kearah jendela itu. Tak ada siapapun.
"Nae?" Dia memanggil Nae dan mendekati jendela itu. Bisa aja Nae terbang dengan menaiki melon soda Mon. Walaupun itu juga hal yang tidak mungkin *ba dum tess* Nao semakin mendekat ke jendela itu. Ketika wajahnya hanya sekitar 10 cm dari jendela, mendadak ada bayangan sebuah tangan mengetuk jendela itu dengan cukup keras.
"KAMISAMATOLONGSAYAAAA!!" Nao jumpscare dan menjauhi jendela itu.
'Oke, oke. Jangan panik. Telepon mama.' Nao mengeluarkan ponselnya.
'Mati.' Mata Nao terbelalak melihat tak ada sinyal satu strip pun. Jantungnya berdegup kencang. Nao membuka aplikasinya, dan melihat ada sebuah aplikasi yang seingatnya tak pernah di-downloadnya muncul secara tiba-tiba. Ikonnya lebah, dengan tulisan 'Eight'. Nao memencet (Handphonenya touchscreen) aplikasi itu, dan keluar gambar seorang gadis berambut hitam, memakai jepit oranye, jaket kuning dengan hoodie, dan kaos merah.
"Yo, 'sup"
Gadis itu mengangkat tangannya dan mengeluarkan cengiran.
"HIII!!" Hampir dilemparnya ponselnya, kalau suara dari dalam handphonenya tak mencegahnya.
"Woi! Sayang woi! Hape mahal kok dilempar!" Nao mengalihkan pandangan ke handphonenya. Si rambut pendek di dalamnya memasang tampang semacam (=3=).
"Sejak kapan kamu disini? Dan kamu apa?" Nao menatap handphonenya penuh curiga.
"Nggak tau deh. Aku ini orang kok. Eh iya, Aku Kumosai Icchi, tapi lebih suka dipanggil Kironase!"
"Shigure Nao. Kamu orang? Kok bisa di dalam handphone?"
"Aku di dalam handphone? Aku di rumahku kok."
"Berarti handphoneku rumahmu."
"Kok gitu?"
"Karena kamu di dalam handphoneku"
Hening.
"Oalah. Yaudah. Ini kita dimana?"
"Di galeri. Tadinya aku sama keluargaku, tapi semua orang sekarang hilang. Terus, banyak kejadian gaje di sini. Misalnya waktu aku lewat lukisan the coughing man, aku dengar suara cegukan. Galeri ini emang absurd"
"Dih, bisa gitu?"
"Gaje emang. Yaudah, mau kamu apa?"
"Entahlah."
Hening.
"Aku bisa percaya kamu?"
"Nyante. Aku gak akan melukai bocah unyu macem kamu"
"Rusuh."
"Oke. Sekarang kita kemana?"
"Tau dah. Aku gak tau, pokoknya aku harus keluar dari sini."
"Sip. Muter-muter yuk, pasti ada jalan keluar disini."
Nao dan Kiro mulai berjalan (atau lebih tepatnya Nao yang berjalan) menyusuri lantai dua. Di depan lukisan 'bitter fruit', buah oranye gelap jatuh.
"Anggap ga ada, anggap ga ada...." Nao ketakutan dan berjalan menjauhi lukisan itu.
"Jeruknya kasian" komentar Kiro.
Mereka terus berjalan. Di dekat lukisan 'your dark figure', terdengar suara.
"Meow."
"KUCIIING!" Pekik Nao dan Kiro bersamaan. Nao mendekati lukisan kucing hitam itu.
"Aaaa, aku mau elus!" Kiro gemas. Nao sweatdropped. Nao berjalan lagi. Kali ini ke depan lukisan besar yang berjudul '??? World'.
"Kiro, kamu bisa baca kanji ini nggak?" Tanya Nao. Berharap aplikasi aneh itu bisa kanji.
"Jangan tanya aku. Aku paling males belajar kanji. Cuma hafal kanji yang benar-benar perlu aja" Kiro memperhatikan lukisan itu. "Nao, ada cat keluar dari lukisan ini"
"Hah?" Nao mendekati cat biru itu. Nao berbalik, dan mendapati tulisan dengan cat merah dilantai.
"Come Nao?" Kiro membaca tulisan itu. "Kamu dipanggil tuh"
"Come? Kemana?" Nao celingak-celinguk. Matanya menangkap ada perubahan pada cat biru yang keluar dari lukisan itu.
'Come down below Nao, i'll show you someplace secret'
"Artinya apaan nih? Kok pake bahasa Inggris sih? Kenapa nggak bahasa Jepang aja?" Nao pokerface.
"Kamu disuruh turun ke bawah. Katanya mau ditunjukkin rahasia. Jangan males belajar Inggris dong. Lagian, ini kita ngomong pake bahasa Indonesia kan?" Kali ini Kiro yang pokerface
"Kan ini fic bahasa, lagian Authornya ga bisa bahasa jepang"
"(GUE AUTHORNYA WOI) Yaudah, turun yuk"
Nao turun ke bawah. Dan Nao mendapati penghalang lukisan 'Abyss of the deep' terbuka.
Nao menatap lukisan itu. Ikan di dalamnya seolah bergerak, dan lukisan itu seperti menghisapnya ke dalam.
"Nao, nyebur yuk"
"Ogah."
"Kali aja ini jalan keluarnya"
"Ga mungkin kali, ngaco aja."
"Yaudah, aku mau nyebur. Yeeeeey!" Handphone Nao melompat masuk lukisan tersebut. Nao yang sweatdrop akhirnya memberanikan diri untuk melompat juga. Di dalam lukisan itu, terasa seperti di kolam. Beberapa lama setelah Nao terombang-ambing, Nao mendapati dirinya berdiri di tangga. Nao terkejut. 'Kok bisa ada tempat sebesar ini di dalam lukisan?'
"Woah, jangan jangan ini ruang bawah tanah?"
Nao terbelalak. Kiro keluar dari handphonenya?
"Kamu..... bisa keluar?" Nao cengo.
"Gak tau juga nih, kenapa bisa begini. Perasaan tadi aku lagi ngetes webcam phone komputerku dengan memencet nomor random. Abis itu aku ketemu kamu, dan tiba-tiba aku disini." Kiro menjawab santai.
'Ternyata dia beneran orang....' Nao sweatdrop lagi. Setelah handphonenya masuk ke kantong bajunya, Bishie biru ini menatap ujung tangga. Dia punya firasat buruk. Mungkinkan dia keluar dari tempat ini?
"Oke, what do we got here...." Kiro menuruni tangga diikuti Nao. Di bawah, terlihat dua lukisan serupa. Satu merah dan satu biru. Biru di kanan, merah di kiri. Mereka berada di tengah lorong.
"Kita.... disuruh milih?" Nao masih memperhatikan kedua lukisan itu. Pasti ada petunjuk di dalamnya.
Hening.
Hening.
Hen-
"Biru" Kiro langsung melangkahkan kakinya ke arah kanan.
"Kok yakin banget?" Nao mengikutinya. Daripada diem aja,bisa-bisa kesambet Kotonoha *dihajar*
"Karena aku suka biru." Jawab Kiro santai. Disambut dengan pokerface dari Nao.
Di sepanjang lorong, huruf-huruf pembentuk kata 'come' berserakan di dinding biru yang mengelilingi mereka.
"Come? Kita disuruh kemana sih?" Sahutan Nao yang memecah keheningan tak ditanggapi Kiro. Mungkin bingung mau jawab apa.
Keduanya berhenti di depan meja dangan sebuah vas berisi setangkai mawar cyan diatasnya. Meja itu menghalangi sebuah pintu biru. Kiro langsung menyambar mawar cyan di dalam vas itu. Lalu ia berbalik ke arah Nao.
"Untukmu, tuan putri" Kiro bergaya ala pangeran sambil menyodorkan mawar cyan itu ke Nao. Muka Nao otomatis memerah marah. Bishie berambut cyan tersebut langsung menonjok 'pangerannya'.
"Apaan sih!" Nao merebut mawar cyan itu. "Harusnya kan yang begitu itu cowok!"
"Hehehe, abisnya kamu imut banget sih!" Kiro cengengesan. Nao memasang muka seperti (=3=)
"Oke, aku curiga kita harus masuk kesini" Nao mendorong meja vas tadi, dan membuka pintu biru yang tadi dihalangi meja vas. Begitu dibuka, terlihat sebuah lukisan perempuan berambut biru pucat tersenyum kearah mereka.
"Uwooooh" Kiro menganga melihat lukisan perempuan itu.
"HII!!" Nao jumpscare keluar ruangan itu. Kiro sweatdropped melihat Bishie itu gemetaran.
"when the rose blablablas, So too will you blablabla away' Ah, aku gak ngerti! Sekarang aku harus bawa-bawa kamus kanji" Kiro sweatdropped membaca tulisan dibawah lukisan wanita itu. Sementara Nao bersembunyi di balik pintu dan mengintip.
"Nao, nyantai aja kali. Nih, aku jambak rambut cewek ini aja dia nggak marah!" Kiro menarik-narik rambut yang keluar dari lukisan itu. Nao mulai memberanikan diri melangkahkan kakinya masuk.
"Ruangan ini.... terlalu seram." Nao mengambil kunci yang ada di tengah ruangan. "Kayaknya kita bakal butuh kunci ini."
"Rambutmu gak halus!" Kiro masih menarik-narik 'rambut' wanita itu. Nao melihat lukisan besar di hadapannya mendadak berubah. Mata wanita itu yang tedinya terpenjam menjadi terbuka. Senyumannya juga hilang, dan berganti dengan mulut sang wanita terbuka.
"HUWAAAA!!!!" Nao berlari keluar ruangan. Kunci biru yang ditemukannya masuk ke kantongnya.
"Dia kenapa sih..... WAT THE HELL" Kiro cengo. Lukisan wanita yang tadi 'rambut'nya ditarik olehnya kini terlihat marah.
"HUWAAAA MAAP TANTE, AKU GAK AKAN JAMBAK RAMBUTMU LAGIIII!" Kiro berlari keluar ruangan. Di lorong, terlihat Nao berdiri terdiam menatap lantai.
"Liatin apaan? Semut?" Kiro melihat lantai di depan Nao. Huruf T, H, I E, dan F tersusun disana. Begitu juga di dinding-dinding lorong, berserakan huruf T, H, I, E dan F berwarna merah.
"Lu maling mawar." Kiro menjawab dengan santainya. Nao berjalan kaku kembali ke vas dan kembali meletakkan mawarnya ke vas. Mawar didalamnya langsung mekar kembali.
"HAH?" Nao bingung. Gimana caranya mawar bisa mekar secepat itu?
"Aernya abis" Kiro melihat ke dasar vas.
"Balikin gak nih?"
“Woi!”
“Woooiii~”
“KACANG BAT SI!” Kiro yang emosi karena dikacangin terus menepuk punggung Nao dengan sangat kencang, membuat Nao jatuh terjengkang ke depan dan menyenggol jatuh vas biru tanpa air tersebut. Jari Nao sedikit tertusuk duri mawarnya sendiri.
“RUSUH BANGET SIH! VASNYA PECAH KAN!” Nao balas teriak ke Kiro.
“LU SENDIRI RUSUH! TUKANG KACANG!” Balasan penuh emosi kembali dilontarkan rambut hitam.
“GUE BUKAN TUKANG KACANG! PUNYA POHON KACANG AJA KAGAK!”
“RUSUH! BUKAN ITU MAKSUDNYA!”
“LU YANG RUSUH!”
“BISHIE!”
“TOMBOY!”
“BIRU!”
“WARNA-WARNI!”
“DIIIIIAAAAAMMM!!!!”
Nao dan Kiro berpandangan. Tak satupun dari mereka berteriak seperti itu. Di tengah ke-cengo-an mereka, dua bungkus sneker (Maaf, merek diplesetin) keluar dari ruangan tempat lukisan perempuan berambut biru yang berada di samping mereka. Kedua orang tersebut langsung mengalihkan pandangan mereka ke arah ruangan yang pintunya tidak tertutup tersebut. Sang wanita berambut biru dalam lukisan itu sekarang kembali tersenyum seperti saat mereka melihatnya pertama kali.
“Lo bukan lo kalo lagi laper” Sebuah suara terdengar dari lukisan itu.
Krik.
Krik.
“Makasih tante.” Nao dan Kiro mengambil sneker itu.
“GUE BUKAN TANTE-TANTE......” Suara itu terdengar lagi, dan kali ini terdengar menyeramkan. Lukisan perempuan itu juga kembali berubah. Mata perempuan itu yang tadi terpejam menjadi terbuka, dan mulutnya yang tersenyum kembali terbuka dengan seramnya. Persis seperti saat Nao mengambil kunci biru di hadapannya.
“HUWEEEEEEE!!!!!” Nao dan Kiro langsung ngacir menjauhi ruangan itu.
Nao dan Kiro terus berlari hingga mereka kembali ke tempat mereka pertama kali. Tengah-tengah koridor dengan dua lukisan ‘mirrored’ yang berbeda warna.
“Tangganya hilang!”
To Be Continued!
Yeeey! yeyeyey! Akhirnya kesampean buat bikin fic ini *lap keringat* Sebenarnya lanjutannya udah ada, tapi aku males nulis, tralala~ Oh iya, fic ini berdasarkan Ib versi 1.02 english, soalnya aku belom download Ib 1.05 dan aku ga bisa bahasa Jepang. Jadi, fic ini bakal kurang lengkap.
Bacotan: Kemarin, aku sama Taya (Sou) asik fangirling (dan aku berhasil bikin dia suka Nao juga wwww) Dan hampir di setiap gambar Nao yang kukasih lihat ke dia, dia bilang "Ceweeek!". Begitulah XD
Akan kulanjutkan secepat mungkin. Daah!
Kali ini, aku bakal nulis fic crossover antara Vocaloid (baca: UTAU) sama Ib. Dan chara utamanya..... Nao!! Tee-Hee~
Nao: HAH?
Kiro: Iya, soalnya aku nemu Hanasu kamu yang Ib di niconico, dan aku langsung kepikiran buat bikin fic ini!
Nao: Ukh, aku tau siapa Garry-nya.... *orz*
Tapi tenang aja, ini aku beda-bedain dikit kok. Dan tentu saja, aku juga akan masuk ke fic ini. *more epic grin* So, let's start!
Disclaimer: UTAU punya creatornya masing-masing, Vocaloid nyasar punya Yamaha, Ib punya Kouri.
Genre: Mystery, Humor, Friendship agak menyerempet ke romance (Tsuki: RUSUUUUH!!!!)
Warning: OOC Parah, dan keabalan lainnya.
Langit biru cerah berawan. Matahari bersinar terang. Hari ini, Nao dan keluarganya akan mengunjungi sebuah galeri dari seorang pelukis terkenal, Mucha Charm.
-line break-
Charm: DA FUQ?
Kiro: Aaaa, Charm jangan marah. Aku cuma iseeeng ;A;
Charm: Huh, terserahlah. Tapi, makasih udah masukin aku jadi salah satu karakter di fic ini.
Kiro: karakter apanya? Kan Guartena udah mati, jadi kamu juga cuma numpang nama doang~
Charm: *gebuk kiro*
-line break-
Pintu besar di depan Nao terbuka dan menampilkan isi galeri yang penuh karya seni menakjubkan.
"Uwaaah!" Nao terlihat kagum. Begitu juga keluarganya yang terlihat begitu antusias, apalagi mamanya.
"Nggak sia-sia aku ikut kesini!" Sahut Nae bersemangat. Padahal, nggak biasanya dia tertarik pada seni.
"Keren kan? Disini bukan cuma lukisan, banyak juga patung, dan karya seni lainnya! Yakin deh, kalian nggak akan bosan melihatnya!" Mama Nao menjelaskan, sementara putra-putrinya, entah mendengar atau tidak, masih terus mengagumi keindahan galeri ini.
"Ke meja resepsi dulu yuk!" Ajak Papa Nao. Keluarga beranggotakan empat orang itu berjalan menuju meja resepsi. Para orang dewasa sibuk berbicara dengan petugas botak disana. Sementara, anak-anak mulai bosan sekaligus tak sabar ingin segera melihat-lihat.
"Ma, aku mau lihat-lihat duluan ya!" Nao dengan semangatnya mulai berjalan menyusuri lantai bawah. Daripada lumutan dan nggak ngerti apa saja yang dibicarakan orang dewasa itu, mendingan langsung cabut dan melihat-lihat lukisan.
"Nao! Tunggu!" Mamanya menahan.
"Apa ma?" Nao mulai malas. Mamanya mengeluarkan sebuah kain biru persegi dan memberikannya kepada Nao. Nao sudah sangat kenal benda itu. Saputangan yang didapatnya ketika ulang tahunnya yang kesembilan. Entah untuk apa saputangan itu.
"Saputangan? Buat apa?" Nao bingung.
"Bawa aja. Siapa tau kamu butuh. Jangan sampai hilang ya! Oh iya, jangan membuat keributan di galeri!" Mamanya mengingatkan.
"Oke ma." Nao mulai berlari menyusuri galeri itu.
"Ikut kak!" Nae mengejarnya. Shigure bersaudara itu mulai melihat-lihat lukisan di lantai bawah, lalu ke lantai atas. Nao dan Nae berbicara ke setiap orang yang mereka temui. Di lantai atas, di depan lukisan 'the hanged man', seorang pemuda berdiri dengan diam. Dia terus menatap lukisan itu.
"Hei?" Panggil Nao. Pemuda di depannya tak merespon. Hanya diam dan tak berkata apapun.
"Kakak serius banget. Muka si hanged man serem tau!" Nae sedikit bercanda.
"......"
"Yah, dikacangin."
Bosan karena terus dicuekin, Shigure bersaudara itu mengambil langkah menuju tempat lain. Hingga di sebuah lukisan yang besar, Nao berhenti dan membaca judul lukisan tersebut.
"Blablabla World. Aelah, aku gak tau ini kanji apa. Nae, ka-AAAA!!!"
Sekeliling Nao mendadak gelap.
'Alamakalamakgimanainidemiapapunguetakutwadohwadohwaaaaaaa'
Nao menahan napas. Ketakutan. Beberapa detik kamudian, lampunya menyala lagi dengan cahaya yang redup.
"HOREEEE AKHIRNYA NYALAAAAA" Nao sujud syukur.
"Nae kamu- HAH." Nao cengo. Dia tak mendapati si rambut cyan panjang berkuncir dua bawah di sebelahnya. Nao cengo.
cengo.
cengo.
cengo lagi.
"NAEEEEEEE JANGAN NAKUTIN GUEEEEE!!!!!!" Nao lari-larian saking paniknya. Nao berlari menuruni tangga. Saat dia berlari, tak ada siapapun. Di bawah, lampu berkedip-kedip. Nao semakin ketakutan. Dia terus berlari menyusuri pameran lantai bawah. Di dekat lukisan 'the coughing man' terdengar sesuatu.
"Uhuk"
"LAKI-LAKI ITU BENERAN CEGUKAAAAN!!!!"
Nao kembali berlari. Kali ini ke meja resepsi.
'Oke, jangan panik. Jangan panik.'
Nao menenangkan diri. Dia berjalan menuju pintu. Terkunci. Tak ada kunci tersangkut di lubang kuncinya.
"Mati."
Nao melihat ke jendela. Berembun. Tak terlihat apapun. Nao merenung, menatap keluar jendela, hingga cairan merah mengalir dari atas jendela dan membuat jendela itu merah semua.
"HYAAAA!!" Nao makin panik. Nao berlari ke atas lagi. Saat Nao berlari, dia seperti melihat ada bayangan orang berjalan di luar jendela.
'Ini kan lantai dua!' Nao cengo melihat kearah jendela itu. Tak ada siapapun.
"Nae?" Dia memanggil Nae dan mendekati jendela itu. Bisa aja Nae terbang dengan menaiki melon soda Mon. Walaupun itu juga hal yang tidak mungkin *ba dum tess* Nao semakin mendekat ke jendela itu. Ketika wajahnya hanya sekitar 10 cm dari jendela, mendadak ada bayangan sebuah tangan mengetuk jendela itu dengan cukup keras.
"KAMISAMATOLONGSAYAAAA!!" Nao jumpscare dan menjauhi jendela itu.
'Oke, oke. Jangan panik. Telepon mama.' Nao mengeluarkan ponselnya.
'Mati.' Mata Nao terbelalak melihat tak ada sinyal satu strip pun. Jantungnya berdegup kencang. Nao membuka aplikasinya, dan melihat ada sebuah aplikasi yang seingatnya tak pernah di-downloadnya muncul secara tiba-tiba. Ikonnya lebah, dengan tulisan 'Eight'. Nao memencet (Handphonenya touchscreen) aplikasi itu, dan keluar gambar seorang gadis berambut hitam, memakai jepit oranye, jaket kuning dengan hoodie, dan kaos merah.
"Yo, 'sup"
Gadis itu mengangkat tangannya dan mengeluarkan cengiran.
"HIII!!" Hampir dilemparnya ponselnya, kalau suara dari dalam handphonenya tak mencegahnya.
"Woi! Sayang woi! Hape mahal kok dilempar!" Nao mengalihkan pandangan ke handphonenya. Si rambut pendek di dalamnya memasang tampang semacam (=3=).
"Sejak kapan kamu disini? Dan kamu apa?" Nao menatap handphonenya penuh curiga.
"Nggak tau deh. Aku ini orang kok. Eh iya, Aku Kumosai Icchi, tapi lebih suka dipanggil Kironase!"
"Shigure Nao. Kamu orang? Kok bisa di dalam handphone?"
"Aku di dalam handphone? Aku di rumahku kok."
"Berarti handphoneku rumahmu."
"Kok gitu?"
"Karena kamu di dalam handphoneku"
Hening.
"Oalah. Yaudah. Ini kita dimana?"
"Di galeri. Tadinya aku sama keluargaku, tapi semua orang sekarang hilang. Terus, banyak kejadian gaje di sini. Misalnya waktu aku lewat lukisan the coughing man, aku dengar suara cegukan. Galeri ini emang absurd"
"Dih, bisa gitu?"
"Gaje emang. Yaudah, mau kamu apa?"
"Entahlah."
Hening.
"Aku bisa percaya kamu?"
"Nyante. Aku gak akan melukai bocah unyu macem kamu"
"Rusuh."
"Oke. Sekarang kita kemana?"
"Tau dah. Aku gak tau, pokoknya aku harus keluar dari sini."
"Sip. Muter-muter yuk, pasti ada jalan keluar disini."
Nao dan Kiro mulai berjalan (atau lebih tepatnya Nao yang berjalan) menyusuri lantai dua. Di depan lukisan 'bitter fruit', buah oranye gelap jatuh.
"Anggap ga ada, anggap ga ada...." Nao ketakutan dan berjalan menjauhi lukisan itu.
"Jeruknya kasian" komentar Kiro.
Mereka terus berjalan. Di dekat lukisan 'your dark figure', terdengar suara.
"Meow."
"KUCIIING!" Pekik Nao dan Kiro bersamaan. Nao mendekati lukisan kucing hitam itu.
"Aaaa, aku mau elus!" Kiro gemas. Nao sweatdropped. Nao berjalan lagi. Kali ini ke depan lukisan besar yang berjudul '??? World'.
"Kiro, kamu bisa baca kanji ini nggak?" Tanya Nao. Berharap aplikasi aneh itu bisa kanji.
"Jangan tanya aku. Aku paling males belajar kanji. Cuma hafal kanji yang benar-benar perlu aja" Kiro memperhatikan lukisan itu. "Nao, ada cat keluar dari lukisan ini"
"Hah?" Nao mendekati cat biru itu. Nao berbalik, dan mendapati tulisan dengan cat merah dilantai.
"Come Nao?" Kiro membaca tulisan itu. "Kamu dipanggil tuh"
"Come? Kemana?" Nao celingak-celinguk. Matanya menangkap ada perubahan pada cat biru yang keluar dari lukisan itu.
'Come down below Nao, i'll show you someplace secret'
"Artinya apaan nih? Kok pake bahasa Inggris sih? Kenapa nggak bahasa Jepang aja?" Nao pokerface.
"Kamu disuruh turun ke bawah. Katanya mau ditunjukkin rahasia. Jangan males belajar Inggris dong. Lagian, ini kita ngomong pake bahasa Indonesia kan?" Kali ini Kiro yang pokerface
"Kan ini fic bahasa, lagian Authornya ga bisa bahasa jepang"
"(GUE AUTHORNYA WOI) Yaudah, turun yuk"
Nao turun ke bawah. Dan Nao mendapati penghalang lukisan 'Abyss of the deep' terbuka.
Nao menatap lukisan itu. Ikan di dalamnya seolah bergerak, dan lukisan itu seperti menghisapnya ke dalam.
"Nao, nyebur yuk"
"Ogah."
"Kali aja ini jalan keluarnya"
"Ga mungkin kali, ngaco aja."
"Yaudah, aku mau nyebur. Yeeeeey!" Handphone Nao melompat masuk lukisan tersebut. Nao yang sweatdrop akhirnya memberanikan diri untuk melompat juga. Di dalam lukisan itu, terasa seperti di kolam. Beberapa lama setelah Nao terombang-ambing, Nao mendapati dirinya berdiri di tangga. Nao terkejut. 'Kok bisa ada tempat sebesar ini di dalam lukisan?'
"Woah, jangan jangan ini ruang bawah tanah?"
Nao terbelalak. Kiro keluar dari handphonenya?
"Kamu..... bisa keluar?" Nao cengo.
"Gak tau juga nih, kenapa bisa begini. Perasaan tadi aku lagi ngetes webcam phone komputerku dengan memencet nomor random. Abis itu aku ketemu kamu, dan tiba-tiba aku disini." Kiro menjawab santai.
'Ternyata dia beneran orang....' Nao sweatdrop lagi. Setelah handphonenya masuk ke kantong bajunya, Bishie biru ini menatap ujung tangga. Dia punya firasat buruk. Mungkinkan dia keluar dari tempat ini?
"Oke, what do we got here...." Kiro menuruni tangga diikuti Nao. Di bawah, terlihat dua lukisan serupa. Satu merah dan satu biru. Biru di kanan, merah di kiri. Mereka berada di tengah lorong.
"Kita.... disuruh milih?" Nao masih memperhatikan kedua lukisan itu. Pasti ada petunjuk di dalamnya.
Hening.
Hening.
Hen-
"Biru" Kiro langsung melangkahkan kakinya ke arah kanan.
"Kok yakin banget?" Nao mengikutinya. Daripada diem aja,bisa-bisa kesambet Kotonoha *dihajar*
"Karena aku suka biru." Jawab Kiro santai. Disambut dengan pokerface dari Nao.
Di sepanjang lorong, huruf-huruf pembentuk kata 'come' berserakan di dinding biru yang mengelilingi mereka.
"Come? Kita disuruh kemana sih?" Sahutan Nao yang memecah keheningan tak ditanggapi Kiro. Mungkin bingung mau jawab apa.
Keduanya berhenti di depan meja dangan sebuah vas berisi setangkai mawar cyan diatasnya. Meja itu menghalangi sebuah pintu biru. Kiro langsung menyambar mawar cyan di dalam vas itu. Lalu ia berbalik ke arah Nao.
"Untukmu, tuan putri" Kiro bergaya ala pangeran sambil menyodorkan mawar cyan itu ke Nao. Muka Nao otomatis memerah marah. Bishie berambut cyan tersebut langsung menonjok 'pangerannya'.
"Apaan sih!" Nao merebut mawar cyan itu. "Harusnya kan yang begitu itu cowok!"
"Hehehe, abisnya kamu imut banget sih!" Kiro cengengesan. Nao memasang muka seperti (=3=)
"Oke, aku curiga kita harus masuk kesini" Nao mendorong meja vas tadi, dan membuka pintu biru yang tadi dihalangi meja vas. Begitu dibuka, terlihat sebuah lukisan perempuan berambut biru pucat tersenyum kearah mereka.
"Uwooooh" Kiro menganga melihat lukisan perempuan itu.
"HII!!" Nao jumpscare keluar ruangan itu. Kiro sweatdropped melihat Bishie itu gemetaran.
"when the rose blablablas, So too will you blablabla away' Ah, aku gak ngerti! Sekarang aku harus bawa-bawa kamus kanji" Kiro sweatdropped membaca tulisan dibawah lukisan wanita itu. Sementara Nao bersembunyi di balik pintu dan mengintip.
"Nao, nyantai aja kali. Nih, aku jambak rambut cewek ini aja dia nggak marah!" Kiro menarik-narik rambut yang keluar dari lukisan itu. Nao mulai memberanikan diri melangkahkan kakinya masuk.
"Ruangan ini.... terlalu seram." Nao mengambil kunci yang ada di tengah ruangan. "Kayaknya kita bakal butuh kunci ini."
"Rambutmu gak halus!" Kiro masih menarik-narik 'rambut' wanita itu. Nao melihat lukisan besar di hadapannya mendadak berubah. Mata wanita itu yang tedinya terpenjam menjadi terbuka. Senyumannya juga hilang, dan berganti dengan mulut sang wanita terbuka.
"HUWAAAA!!!!" Nao berlari keluar ruangan. Kunci biru yang ditemukannya masuk ke kantongnya.
"Dia kenapa sih..... WAT THE HELL" Kiro cengo. Lukisan wanita yang tadi 'rambut'nya ditarik olehnya kini terlihat marah.
"HUWAAAA MAAP TANTE, AKU GAK AKAN JAMBAK RAMBUTMU LAGIIII!" Kiro berlari keluar ruangan. Di lorong, terlihat Nao berdiri terdiam menatap lantai.
"Liatin apaan? Semut?" Kiro melihat lantai di depan Nao. Huruf T, H, I E, dan F tersusun disana. Begitu juga di dinding-dinding lorong, berserakan huruf T, H, I, E dan F berwarna merah.
"Lu maling mawar." Kiro menjawab dengan santainya. Nao berjalan kaku kembali ke vas dan kembali meletakkan mawarnya ke vas. Mawar didalamnya langsung mekar kembali.
"HAH?" Nao bingung. Gimana caranya mawar bisa mekar secepat itu?
"Aernya abis" Kiro melihat ke dasar vas.
"Balikin gak nih?"
“Woi!”
“Woooiii~”
“KACANG BAT SI!” Kiro yang emosi karena dikacangin terus menepuk punggung Nao dengan sangat kencang, membuat Nao jatuh terjengkang ke depan dan menyenggol jatuh vas biru tanpa air tersebut. Jari Nao sedikit tertusuk duri mawarnya sendiri.
“RUSUH BANGET SIH! VASNYA PECAH KAN!” Nao balas teriak ke Kiro.
“LU SENDIRI RUSUH! TUKANG KACANG!” Balasan penuh emosi kembali dilontarkan rambut hitam.
“GUE BUKAN TUKANG KACANG! PUNYA POHON KACANG AJA KAGAK!”
“RUSUH! BUKAN ITU MAKSUDNYA!”
“LU YANG RUSUH!”
“BISHIE!”
“TOMBOY!”
“BIRU!”
“WARNA-WARNI!”
“DIIIIIAAAAAMMM!!!!”
Nao dan Kiro berpandangan. Tak satupun dari mereka berteriak seperti itu. Di tengah ke-cengo-an mereka, dua bungkus sneker (Maaf, merek diplesetin) keluar dari ruangan tempat lukisan perempuan berambut biru yang berada di samping mereka. Kedua orang tersebut langsung mengalihkan pandangan mereka ke arah ruangan yang pintunya tidak tertutup tersebut. Sang wanita berambut biru dalam lukisan itu sekarang kembali tersenyum seperti saat mereka melihatnya pertama kali.
“Lo bukan lo kalo lagi laper” Sebuah suara terdengar dari lukisan itu.
Krik.
Krik.
“Makasih tante.” Nao dan Kiro mengambil sneker itu.
“GUE BUKAN TANTE-TANTE......” Suara itu terdengar lagi, dan kali ini terdengar menyeramkan. Lukisan perempuan itu juga kembali berubah. Mata perempuan itu yang tadi terpejam menjadi terbuka, dan mulutnya yang tersenyum kembali terbuka dengan seramnya. Persis seperti saat Nao mengambil kunci biru di hadapannya.
“HUWEEEEEEE!!!!!” Nao dan Kiro langsung ngacir menjauhi ruangan itu.
Nao dan Kiro terus berlari hingga mereka kembali ke tempat mereka pertama kali. Tengah-tengah koridor dengan dua lukisan ‘mirrored’ yang berbeda warna.
“Tangganya hilang!”
To Be Continued!
Yeeey! yeyeyey! Akhirnya kesampean buat bikin fic ini *lap keringat* Sebenarnya lanjutannya udah ada, tapi aku males nulis, tralala~ Oh iya, fic ini berdasarkan Ib versi 1.02 english, soalnya aku belom download Ib 1.05 dan aku ga bisa bahasa Jepang. Jadi, fic ini bakal kurang lengkap.
Bacotan: Kemarin, aku sama Taya (Sou) asik fangirling (dan aku berhasil bikin dia suka Nao juga wwww) Dan hampir di setiap gambar Nao yang kukasih lihat ke dia, dia bilang "Ceweeek!". Begitulah XD
Akan kulanjutkan secepat mungkin. Daah!
Hahahahaha,lanjut bro ! Taya (sou) itu Soune Taya ?
BalasHapusHaha, maunya sih lanjut, tapi lagi writerblock nih di cerita ini orz
HapusBukan, itu temnku di dunia nyata. Dulu sih aku manggilnya Taya, tapi di entri-entri baru, dia 'Taghisa'
Hahaha,siip nih ! Lanjutkan brrowh ! #alaylu
BalasHapus