Otan-ome Catapult!
Yooo Readers~
HAPPY BIRTHDAY RUTO-KUUUUN!!!
Ah, aku bahagia *w* Pixivnya Ruto rameee banyak fan art XD dan nagoiro bikin fan art baru KYAAAA~~~ OKENEVERMINDBACKTONORMAL
Telat sehari ngepost fic ini, soalnya kemaren gak sempet. Koneksi abalan sumpah pengen kubunuh OAO oke, enjoy!
Saa, Otanjoubi Omedetto!
Disclaimer: Catapult punya Kikorino, Sisanya punya creatornya masing-masing. Lagu disini bukan punyaku, tapi puya creatornya masing-masing.
Summary: Biasanya, hari ulang tahun seseorang bisa berarti dua. Hari penuh kesalan, atau hari yang membawa keberuntungan penuh. Yang manakah yang akan dialami Katapa Ruto –Catapult?
Main character: Katapa Ruto/Catapult, Ginka Subaru dan Shigure Nao.
Genre: Friendship dan Romance (PERTAMA KALI BIKIN ROMANCE CUY!)
Pair: RutoSubaru (Crack pair? Bodo :D), KazuMero dan Slight MeroMura. Disini juga nyelip NaoRuto brotherly relationship.
Note: Kenapa Mura nggak sama Ruto? Karena disini Mura jadi kakaknya, dan entah kenapa aku sekarang lebih nge-ship RutoSubaru daripada RutoMura (Mura kegedean soalnya :D #dihajar)
20-12-2013.
2012-2013.
Mungkin tak banyak yang sadar, tapi hari ini adalah ‘tanggal cantik’ bagi tahun ini. Selain 11-12-13, tentu saja. Tapi, benarkah tanggal cantik itu membawa kebahagiaan?
Hari ini, matahari bersinar walaupun musim dingin. Di sebuah taman bermain, terlihat sepuluh manusia aneka warna -?- yang berkumpul di dekat pintu masuk. Mereka ingin refreshing setelah ujian akhir yang membuat otak menggila. Sementara seorang pemuda berambut pirang dengan ikat kepala merah sedang sibuk dengan penjaga loket karcis, yang lain sibuk berceloteh dan melakukan hal-hal nggak penting.
“Yeah, refreshing!” gadis kecil berambut ungu merenggangkan badannya ketika mereka melewati pintu masuk.
“Subaru semangat banget.” Sahut gadis kecil lain di sebelahnya, Haruka Nana.
“Iya dong! Capek tau abis ujian!” Balas rambut ungu, Ginka Subaru.
“Emang siapa yang suka ujian?” Seorang lelaki kecil dengan rambut coklat –Katapa Ruto– memutar matanya.
“Oh iya, kenapa kakakmu nggak ikut?” Tanya bishie berambut biru tua-biru muda, Kumono Tsuki
“Entahlah. Ada janji lain katanya. Emang kenapa?” Jawab Subaru, dan diikuti pertanyaan lain.
“Cuma nanya.”
“Akhirnya masuk juga...” Hiiragi Kazuki, si rambut pirang dengan ikat kepala tadi, menghela nafas. Saat dia kerepotan membayar tiket, yang lain malah sibuk sendiri.
“Hei, Ruto, ayo ganti!” Shirasagi Mellowly, pacar Kazuki menyenggol Katapa Ruto –yang sedang berulang tahun–.
“Haruskah?” Tanya Ruto dengan tatapan datar (baca: suram)
“Ohoh, harus dong! Pajak Ultah itu wajib!” Lelaki berambut oranye dengan iris biru, Higasa Seo ikut menyenggolnya dengan cengiran, sementara yang disenggol menghela nafas.
“Harusnya kan yang ulang tahun diberi hadiah.” Ruto cemberut dan memberikan Kazuki uang ganti.
“Zaman sudah berubah, Ehehe~” Kali ini, Bishie berambut cyan dengan iris oranye membalas dengan candaan. Shigure Nao, mulai ikut meledek Ruto.
“Kalian terlalu mirip...” Tanggap Mura, Kakak Ruto.
“Tentu saja!” Seo nyengir, sementara Nao sweatdropped.
“Yah, ayo kita main!” Laki-laki yang berwajah mirip Mellowly, Shirasagi Merlot, langsung dengan semangat menarik Mura ke suatu jalan. “Kita duluan ya!”
“Mereka....” Ruto sweatdropped.
“Kenapa kau, Shisukon?” Ledek Seo lagi. Ruto makin cemberut.
“Rusuh ah.” ‘Harusnya ini jadi hari yang menyenangkan...’
Ruto megingat ulang kejadian yang menimpanya mulai tadi pagi. Mimpi dimakan buaya, jatuh dari tempat tidur, Ayamnya mati satu, sarapannya dingin, dan semuanya baru ingat ini ulang tahunnya begitu mengecek wikia (NOTE: disini, Wikia berfungsi kayak Facebook). Dan lagi, harus memberi pajak ulang tahun dan tak diberi hadiah. Plus bonus, Seo memperparah hari ini dengan ters meledeknya (Tapi nggak salah sih, Ruto emang siscon, sayang banget sama Mura). Hebat. Hebat banget.
Sial.
“Cemberut aja!” Seo berusaha meniru ekspresi Ruto. Dengan maksud meledek, tentu saja. Membuat si rambut coklat makin mewek.
“Aku jalan sama Nao. Duluan ya.” Ruto menyeret Nao yang sedang melihat kolam ikan bersama Tsuki. Semua yang melihat itu hanya sweatdropped.
“Kau ngambekin dia tuh.” Kazuki menyalahkan Seo.
“E.. hehehe..” Seo cuma bisa nyengir.
Ruto berlari menggandeng Nao. Nao hanya sweatdrop.
“Kamu kok kayaknya sensitif banget sih hari ini?” Tanya Nao. Biasanya, Ruto kalau diledek selalu mengeluarkan pandangan yang seolah berkata whatever-i-don’t-care. Apalagi kalau Seo, dia pasti sudah biasa. Tapi hari ini? Dia malah menjauhi Seo. Sambil menyeret Nao lagi. Ini bisa berarti masalah. Dan dia baru saja ikut menarik Nao ke lubang masalah.
Ruto berhenti berlari di depan kedai minuman. Dimasukinya kedai itu, dengan Nao yang mengekorinya. Tanpa menatap Nao, Ruto membeli bubble drink. Nao, masih dengan kebingungan, ikut membeli minuman itu. Setelah minuman sampai ke tangan, Ruto duduk di bangku panjang di dekat sana. Nao hanya mengikutinya. Setelah beberapa menit menikmati minuman itu, Ruto mulai angkat bicara.
“Hari ulang tahun itu ada dua. Hari terbaik di tahun itu, atau hari teburuk di tahun itu. Dan biasanya, kalau di pagi hari sudah sial, bakal sial terus sampai malam.” Ruto menjawab dengan datar dan masih tak mengubah arah pandangannya dari minumannya. Nao hanya terbengong sesaat. Bingung apa yang harus dikatakannya.
“Kamu tau darimana?” Setelah menyedot minumannya, Nao membalas.
“Dari dulu begitu. Tahun lalu, aku mendapat banyak hadiah dari para fans. Master juga membuat lagu buatku. Nao juga begitu kan? 10 Juni lalu, hujan seharian. Dan lagi, walaupun voicebankmu udah nggak ada, banyak yang bikin video buat kamu. Iya kan?”
Kalau dipikir-pikir, benar juga. 10 Juni biasanya jadi hari terbaik,atau terburuk bagi Nao. Sementara Nao mengingat kembali 10 Juni yang ia lalui dalam hidupnya, Ruto melempar gelas bubblenya ke tong sampah. Bukannya masuk, malah mengenai seekor kucing yang sedang menjilati bulunya di sebelah tong sampah yang dilihatnya. Kucing itu langsung melompat dan berlari ke seorang laki-laki berambut biru muda. Laki-laki itu kaget sesaat, lalu mengelus kucing itu. Bukannya lari, kucing itu malah manja-manja. Ruto hanya terdiam melihatnya.
“Kucing itu lucu ya.” Sahut Nao yang juga melihat kejadian itu.
“Ayam lebih lucu.” Ruto menjawab datar.
“Itu kan cuma bagimu!” Nao tersenyum dan melempar gelasnya ke tong sampah. Masuk.
“Tuh kan, apa kubilang. Kalau dari awal sial, akan sial terus.”
“Jangan berprasangka buruk!” Nao menyemangati Ruto, “Yang terbaik biasa disimpan buat terakhir. Nanti, pasti kamu bakal dapat kejutan!”
“Ya, kejutan dalam artian buruk.” Ruto makin suram.
“Ayolah, semangat dong!” Nao masih berusaha menyemangati Ruto. Ruto hanya mengangguk loyo.
“Kalau kamu menganggap ini hari yang baik, hari ini pasti bakal jadi hari yang baik!”
Kalimat yang keluar dari mulut Nao kali ini berhasil menggetarkan dinding prasangka buruk Ruto. Sedikit sedikit, ditanamkannya perasaan senang dan terus diulang-ulangnya kata-kata ‘hari ini akan lebih baik’ di otaknya.
“Hari ini akan lebih baik!” Ruto kembali mengulang kalimat itu. Nao hanya tersenyum sebagai reaksinya.
“Oke. Sekarang, kita main apa? Masa iya kesini cuma suram-suraman doang.” Nao mulai berdiri dan mengajak Ruto berdiri juga. Ruto ikut berdiri dan menunjuk ke sebuah wahana besar. Wahana yang semuanya pasti tau. Nao hanya terbelalak melihat arah jari telunjuk Ruto.
“Roller coaster.”
“Uuugh, semoga ini terakhir kalinya aku naik roller coaster...” Nao keluar dari kamar mandi setelah muntah-muntah. Selama menaiki wahana itu, dia terus berteriak. Sementara Ruto, dia merasa pusing. Keduanya kini beristirahat di bangku panjang dekat roller coaster.
“Kenapa kamu mau main roller coaster dulu?!” Protes Nao. Roller coaster yang ini, entah kenapa rasanya sangat panjang dan berputar-putar ribuan kali. Perutnya serasa dikocok-kocok, dan berhasil membuatnya mengeluarkan seperempat dari bubble drinknya tadi.
“Kukira.. bakalan seru...” Ruto menjawab loyo. Kepalanya seperti berputar dan tak mau berhenti.
“Oke, gak ada roller coaster lagi, ga ada wahana yang bikin mabok. Cukup!” Nao mengecek handphonenya. Masih ada satu jam sebelum makan siang.
“Sekarang naik apa?” Tanya Ruto setelah pusingnya mereda.
“Ayo cari wahana yang bikin rileks. Misalnya, perahu bebek!” Nao mengajukan idenya.
“Emangnya orang pacaran...” Ruto sweatdropped. “Kalo disini sih, wahana apa yang bikin rileks? Semuanya ngocok otak!”
“Oke, aku SMS yang lain dulu. Yang lain lagi dimana ya?” Nao mengeluarkan handphonenya. Ruto menunggu, dan akhirnya, sebuah respons positif muncul dari Nao.
“Tsuki, Seo, Nana dan Subaru lagi di karaoke box!”
“Ruto!” Seru Seo ketika melihat Ruto dan Nao yang menunggu di depan tempat karaoke.
“Maaf ya, aku meledek kamu terus.” Seo meminta maaf, dan Ruto hanya memberi anggukan.
“Kazuki sama Mellowly mana?” Tanya Nao.
“Pacaran. Double date sama Merlot dan Mura.” Jawab Seo.
Setelah Ruto dan Nao membayar masuk dan Seo meminta izin ke petugas untuk menambah orang, Tiga orang itu langsung memasuki ruangan tempat Tsuki, Subaru dan Nana.
“Eeeh, Nao!” Tsuki terlihat senang ketika Nao masuk. Di dalam ruangan mereka, Subaru dan Nana sedang bernyanyi Happy Synthesizer.
"Wah, pake nge-dance segala..." Nao sweatdropped. Empat laki-laki disana menunggu Nana dan Subaru menyelesaikan lagunya (dan memberikan giliran pada mereka) dengan mengobrol.
“Oke, sekarang kalian berempat!” Nana memberikan mikrofon ke Nao ketika lagunya selesai.
“Berempat? Nyanyi lagu yang sama?” Tanya Tsuki. Nana menagngguk.
“Nao aja yang pilih lagunya.” Suruh Ruto. Nao hanya mengangguk dan mencari lagu yang diinginkannya. Nao memutuskan pilihannya dan mencari lagu di search.
“Ayo kita nyanyi Music!”
“Yeah!” Nana dan Subaru bertepuk tangan ketika keempat laki-laki disana menyelesaikan lagunya.
“Oke, sekarang siapa?” Tanya Nao.
“Aku!” Subaru mengambil mikrofon di tangan Nao.
“Mau nyanyi apa?” Tanya Tsuki.
“Bad Apple! Sama Ruto!” Subaru memberikan satu lagi mikrofon ke Ruto.
Lagu demi lagu dinyanyikan mereka. Ada saatnya bernyanyi sendiri, tapi bernyanyi bersama juga mereka lakukan. Karakter suara mereka yang berbeda-beda tidak membuat nyanyian mereka aneh, justru malah semakin indah dan berwarna. Suara Nana dan Subaru yang kekanak-kanakan, Suara berat Ruto, Tsuki yang terkadang off-pitch, tapi bikin author meleleh (Tsuki: Ape lu author gendeng -_- | Kiro: Tee~Hee~), Karakter suara Seo yang 'manly' dan Nao yang... Imut, mungkin. Khas bishounen. Alunan lagu terus terdengar, mengikis waktu. Hingga tak terasa, hari semakin siang. Laparmulai menyerang. Jam sudah menunjukkan tengah hari, waktunya makan siang.
“Eeh, Aku laper nih!” Nana mengeluh.
"Mau cinnamon stick? Ehehehe....” Tsuki membuat nada bicaranya menjadi seram.
“Hah, mentang-mentang baru duat trick and treat!” Nana merengut.
“Tapi bener sih, laper. Masih sisa berapa menit nih?” Tanya Seo.
“Sisa 20 menit. Mau nyanyi apa lagi?” Tsuki melihat timer di ujung layar karaoke.
“Oh iya, Ruto belum nyanyi sendiri, ya kan?” Tanya Nao. Ruto hanya mengangguk.
“Ayo, ayo nyanyi! Aku yang pilihin ya!” Subaru mengambil remote dan memilihkan lagu untuk Ruto.
“SHIROI YUKI NO PURINSESU WA!” Pekik Subaru girang. Ruto hanya sweatdropped dan meraih mikrofon yang terletak di meja.
“Kagami yo kagami yo kagami san...”
Semuanya menikmati suara rendah Ruto. Diselingi cekikikan, karena membayangkan Ruto sebagai putri salju.
“Onegai Kissu de-“
CHU!
“Haa...”
Seketika, wajah Ruto memerah. Subaru tiba-tiba mencium pipinya. Ruto yag kaget, hanya cengo. Yang lain juga cengo. Kaget.
“CIEEEEEE!!!!!” Teriak Nao, Seo, Tsuki dan Nana. Wajah Subaru agak memerah, tapi dia senang!
“Onegai Kisu de, me wo samashite hoshiino, shiroi...” Subaru ikut bernyanyi. Seketika, Ruto ‘kembali ke bumi ‘ dan ikut bernyanyi bersama Subaru.
“Oke, sebagai lagu terakhir, aku mau kita nyanyi vocaloid medley 1! Dan kita oper-operan mic!” Kali ini, wajah Ruto menyiratkan kesenangan. Yang lain hanya mengiyakan. Dengan semangat, tentu saja!
“Un!”
“..Sore sore no Hajimete no Oto no....”
Nyanyian Tsuki mengakhiri sesi mereka. Ke-enamnya keluar ruang karaoke dan berjalan menuju restoran.
“Hah..... Kenapa aku yang dapat Disapearance...” Ruto mengatur nafasnya.
“Tapi seru kan!” Seo menyenggol Ruto. Kali ini, Ruto tersenyum.
“Tadi Seo jago banget If you were gay... Padahal kan bahasa Inggris!” Tsuki sweatdropped, sementara Seo nyengir gaje.
“Ehehe... Aku juga pengen deh, dengar kamu nyanyi lagu bahasa Inggris!” Seo masih nyengir.
“Harusnya tadi kita nyanyi Somebody I used to know tuh.”
“Haha, lagu itu. Lagu yang bikin para UTAU Overseas menggila.”
Tiap langkah yang mereka ambil diiringi percakapan hangat. Begitu juga saat mereka makan.
“Akhirnya, kenyang!” Subaru meregangkan badannya.
“Sekarang kita main apa?” Tanya Nao.
“Bom bom car!” Usul Nana.
Permainan demi permainan mereka jalani. Tabrakan yang disengaja saat main bom bom car, tembak-tembakan yang rusuh, cangkir berputar yang membuat perut mereka terkocok, rumah hantu yang hampir membuat Nana menangis, dan berbagai permainan lainnya. Sampai akhirnya, sore menjelang, dan mereka menaiki wahana yang bisa dibilang wajib, ferris wheel.
“Aku masuk sama Nao ya!” Seo langsung menarik Nao dan menaiki wahana itu.
“Err... Nana.” Tsuki menarik Nana masuk salah satu bola yang terhubung dengan inti ferris wheel itu.
“Aku sama Ruto-kun!” Subaru langsung menggandeng Ruto dan memasuki wahana itu.
Ruto dan Subaru duduk berhadapan. Keduanya melihat ke jendela, langit sore ini terlihat indah.
“Kurikaesu manichi to, Hitogomi ni magirete..” Subaru mulai bernyanyi. Ruto mengalihkan pandangannya ke gadis kecil berambut ungu di hadapannya, dan ikut barnyanyi.
“Oikakeru yuuyake wa, dokoka natsukashikute..”
Keduanya bernyanyi bergantian. Sunset. Judul yang sesuai dengan saat ini.
“Ruto-kun, aku suka kamu!” Subaru mengutarakan perasaannya ketika lagu yang mereka nyanyikan selesai. Ruto terdiam dan mengalihkan pandangannya ke jendela. Matahari hampir tenggelam sempurna. Oranye menghiasi langit. Suasananya terlihat begitu menentramkan.
“Aku suka kamu juga.” Ruto mengalihkan pandangannya ke Subaru, dengan senyum lembut yang jarang ditunjukannya.
“Pemandangannya keren!” Seo terlihat puas begitu keluar dari wahana itu.
“Dasar matahari!” Nao cekikikan.
“Sekarang kemana lagi?” Tanya Tsuki.
“Tempat pemberhentian terakhir, tentu saja!” Nana menyahut dengan semangat.
“TOKO SOUVENIR!!” Subaru menggandeng Nana dan berlari menuju toko souvenir yang tidak begitu jauh dari tempat mereka.
“Mereka lucu ya!” Tsuki senyum senyum sendiri. Sementara, yang lain menjauh beberapa langkah dari Tsuki.
“Heh? Kalian kenapa?” Tsuki sweatdrop menyadari sahabat-sahabatnya menjauhinya.
“Tsuki mulai lolicon...” Nao berbicara dengan pelan.
“Aku bukan lolicon!” Tsuki merengut dan mulai berjalan ke toko souvenir juga. “Aku mau beli sesuatu buat Coyote.”
“Ah, ya. Aku juga mau cari sesuatu buat Nae. Bisa aja dia ngambek karena ditinggal.” Nao mengikuti Tsuki.
“Ikut aja yuk. Daripada karatan disini.” Seo mengikuti yang lainnya, sementara Ruto mengekor.
Ruto menunggu yang lain keluar dari toko souvenir. Dia tidak membeli apapun, hanya melihat-lihat. Lagipula, tak ada yang membuatnya benar-benar tertarik di dalam. Beberapa menit diisinya sambil bermain handphone, dan Subaru keluar dari toko itu.
“Ruto-kun!” Subaru memeluk Ruto dari belakang.
“Ee-eh?” Ruto gelagapan sekaligus kaget.
“Otanjoubi omedeto!” Subaru melepaskan pelukanya dan menyerahkan sebuah bungkusan ke Ruto.
“Popcorn?” Ruto hanya bingung melihat bugkusan popcorn di hadapannya.
“Bukan cuma popcorn! Ayo buka!” Subaru menyuruh Ruto membukanya sekarang juga. Ruto hanya menurut, dan dibukanya bungkusan popcorn itu. Isinya tetap, popcorn. Tapi, di bawah tumpukan popcorn itu, terlihat sebuah plastik. Ruto mengambilnya, dan mendapati cookies dengan bentuk piyo (baca: ayam) dan sebuah gantungan handphone berbentuk ayam yang dibungkus dalam plastik itu. Ruto berganti menatap Subaru, dan Subaru terseyum.
“Subaru, Makasih!” Ruto memeluk Subaru, dan Subaru balas memeluknya.
Hari semakin larut, dan selesailah sesi mereka bermain. Kesepuluhnya makan malam, lalu menaiki kereta menuju Japanese-UTAU Mansion. Di kereta, Nana, Mura dan Subaru yang kelelahan tertidur pulas. Sementara Seo dan Tsuki main handphone, Kazuki mengobrol bersama Shirasagi bersaudara. Nao yang bosan hanya melihat keluar jendela, dan Ruto yang duduk di sebelahnya memakan cookies buatan Subaru.
“Nao, kamu benar.” Ruto mengalihkan pandangannya dari makanannya ke Nao. Nao hanya tersenyum mengerti maksud Ruto.
“Hari ini akan jadi hari yang baik, kalau kita menganggap hari ini baik.”
"Jadi, ini hari terbaikmu di tahun ini?"
"Mungkin. Mau cookies?"
"Tentu."
Omake:
“Subaru, Makasih!” Ruto memeluk Subaru, dan Subaru balas memeluknya.
CKREK!
“Wah, mesra banget!” seru Nana pelan.
“Masih kalah mesra sama aku dan Kazuki-kun!” Mellowly memeluk Kazuki. Merlot hanya sweatdropped melihat adiknya begitu sayang pada pacarnya. Kini, kedelapan orang itu (baca: Nana, Mellowly, dan lain-lain) sedang mengamati adegan Ruto dan Subaru di hadapan mereka.
“Adikku sudah besar...” Mura senyum-senyum sendiri.
“Yak, ini bakal jadi foto yang bagus!” Seo mengamati hasil jepretannya.
“Seo, mending jangan di-upload deh, nanti kamu bisa dihajar...” Nao sweatdropped.
“Biarlah, Nao” Tsuki memutar matanya dan kembali mengalihkan pandangan ke handphonenya.
Oke, ini masih setengah WIP, nanti bakal kutambahin bonus. Sepertinya ini aja. Maaf telat sehari :D
Daah~
HAPPY BIRTHDAY RUTO-KUUUUN!!!
Ah, aku bahagia *w* Pixivnya Ruto rameee banyak fan art XD dan nagoiro bikin fan art baru KYAAAA~~~ OKENEVERMINDBACKTONORMAL
Telat sehari ngepost fic ini, soalnya kemaren gak sempet. Koneksi abalan sumpah pengen kubunuh OAO oke, enjoy!
Saa, Otanjoubi Omedetto!
Disclaimer: Catapult punya Kikorino, Sisanya punya creatornya masing-masing. Lagu disini bukan punyaku, tapi puya creatornya masing-masing.
Summary: Biasanya, hari ulang tahun seseorang bisa berarti dua. Hari penuh kesalan, atau hari yang membawa keberuntungan penuh. Yang manakah yang akan dialami Katapa Ruto –Catapult?
Main character: Katapa Ruto/Catapult, Ginka Subaru dan Shigure Nao.
Genre: Friendship dan Romance (PERTAMA KALI BIKIN ROMANCE CUY!)
Pair: RutoSubaru (Crack pair? Bodo :D), KazuMero dan Slight MeroMura. Disini juga nyelip NaoRuto brotherly relationship.
Note: Kenapa Mura nggak sama Ruto? Karena disini Mura jadi kakaknya, dan entah kenapa aku sekarang lebih nge-ship RutoSubaru daripada RutoMura (Mura kegedean soalnya :D #dihajar)
20-12-2013.
2012-2013.
Mungkin tak banyak yang sadar, tapi hari ini adalah ‘tanggal cantik’ bagi tahun ini. Selain 11-12-13, tentu saja. Tapi, benarkah tanggal cantik itu membawa kebahagiaan?
***
Hari ini, matahari bersinar walaupun musim dingin. Di sebuah taman bermain, terlihat sepuluh manusia aneka warna -?- yang berkumpul di dekat pintu masuk. Mereka ingin refreshing setelah ujian akhir yang membuat otak menggila. Sementara seorang pemuda berambut pirang dengan ikat kepala merah sedang sibuk dengan penjaga loket karcis, yang lain sibuk berceloteh dan melakukan hal-hal nggak penting.
“Yeah, refreshing!” gadis kecil berambut ungu merenggangkan badannya ketika mereka melewati pintu masuk.
“Subaru semangat banget.” Sahut gadis kecil lain di sebelahnya, Haruka Nana.
“Iya dong! Capek tau abis ujian!” Balas rambut ungu, Ginka Subaru.
“Emang siapa yang suka ujian?” Seorang lelaki kecil dengan rambut coklat –Katapa Ruto– memutar matanya.
“Oh iya, kenapa kakakmu nggak ikut?” Tanya bishie berambut biru tua-biru muda, Kumono Tsuki
“Entahlah. Ada janji lain katanya. Emang kenapa?” Jawab Subaru, dan diikuti pertanyaan lain.
“Cuma nanya.”
“Akhirnya masuk juga...” Hiiragi Kazuki, si rambut pirang dengan ikat kepala tadi, menghela nafas. Saat dia kerepotan membayar tiket, yang lain malah sibuk sendiri.
“Hei, Ruto, ayo ganti!” Shirasagi Mellowly, pacar Kazuki menyenggol Katapa Ruto –yang sedang berulang tahun–.
“Haruskah?” Tanya Ruto dengan tatapan datar (baca: suram)
“Ohoh, harus dong! Pajak Ultah itu wajib!” Lelaki berambut oranye dengan iris biru, Higasa Seo ikut menyenggolnya dengan cengiran, sementara yang disenggol menghela nafas.
“Harusnya kan yang ulang tahun diberi hadiah.” Ruto cemberut dan memberikan Kazuki uang ganti.
“Zaman sudah berubah, Ehehe~” Kali ini, Bishie berambut cyan dengan iris oranye membalas dengan candaan. Shigure Nao, mulai ikut meledek Ruto.
“Kalian terlalu mirip...” Tanggap Mura, Kakak Ruto.
“Tentu saja!” Seo nyengir, sementara Nao sweatdropped.
“Yah, ayo kita main!” Laki-laki yang berwajah mirip Mellowly, Shirasagi Merlot, langsung dengan semangat menarik Mura ke suatu jalan. “Kita duluan ya!”
“Mereka....” Ruto sweatdropped.
“Kenapa kau, Shisukon?” Ledek Seo lagi. Ruto makin cemberut.
“Rusuh ah.” ‘Harusnya ini jadi hari yang menyenangkan...’
Ruto megingat ulang kejadian yang menimpanya mulai tadi pagi. Mimpi dimakan buaya, jatuh dari tempat tidur, Ayamnya mati satu, sarapannya dingin, dan semuanya baru ingat ini ulang tahunnya begitu mengecek wikia (NOTE: disini, Wikia berfungsi kayak Facebook). Dan lagi, harus memberi pajak ulang tahun dan tak diberi hadiah. Plus bonus, Seo memperparah hari ini dengan ters meledeknya (Tapi nggak salah sih, Ruto emang siscon, sayang banget sama Mura). Hebat. Hebat banget.
Sial.
“Cemberut aja!” Seo berusaha meniru ekspresi Ruto. Dengan maksud meledek, tentu saja. Membuat si rambut coklat makin mewek.
“Aku jalan sama Nao. Duluan ya.” Ruto menyeret Nao yang sedang melihat kolam ikan bersama Tsuki. Semua yang melihat itu hanya sweatdropped.
“Kau ngambekin dia tuh.” Kazuki menyalahkan Seo.
“E.. hehehe..” Seo cuma bisa nyengir.
Ruto berlari menggandeng Nao. Nao hanya sweatdrop.
“Kamu kok kayaknya sensitif banget sih hari ini?” Tanya Nao. Biasanya, Ruto kalau diledek selalu mengeluarkan pandangan yang seolah berkata whatever-i-don’t-care. Apalagi kalau Seo, dia pasti sudah biasa. Tapi hari ini? Dia malah menjauhi Seo. Sambil menyeret Nao lagi. Ini bisa berarti masalah. Dan dia baru saja ikut menarik Nao ke lubang masalah.
Ruto berhenti berlari di depan kedai minuman. Dimasukinya kedai itu, dengan Nao yang mengekorinya. Tanpa menatap Nao, Ruto membeli bubble drink. Nao, masih dengan kebingungan, ikut membeli minuman itu. Setelah minuman sampai ke tangan, Ruto duduk di bangku panjang di dekat sana. Nao hanya mengikutinya. Setelah beberapa menit menikmati minuman itu, Ruto mulai angkat bicara.
“Hari ulang tahun itu ada dua. Hari terbaik di tahun itu, atau hari teburuk di tahun itu. Dan biasanya, kalau di pagi hari sudah sial, bakal sial terus sampai malam.” Ruto menjawab dengan datar dan masih tak mengubah arah pandangannya dari minumannya. Nao hanya terbengong sesaat. Bingung apa yang harus dikatakannya.
“Kamu tau darimana?” Setelah menyedot minumannya, Nao membalas.
“Dari dulu begitu. Tahun lalu, aku mendapat banyak hadiah dari para fans. Master juga membuat lagu buatku. Nao juga begitu kan? 10 Juni lalu, hujan seharian. Dan lagi, walaupun voicebankmu udah nggak ada, banyak yang bikin video buat kamu. Iya kan?”
Kalau dipikir-pikir, benar juga. 10 Juni biasanya jadi hari terbaik,atau terburuk bagi Nao. Sementara Nao mengingat kembali 10 Juni yang ia lalui dalam hidupnya, Ruto melempar gelas bubblenya ke tong sampah. Bukannya masuk, malah mengenai seekor kucing yang sedang menjilati bulunya di sebelah tong sampah yang dilihatnya. Kucing itu langsung melompat dan berlari ke seorang laki-laki berambut biru muda. Laki-laki itu kaget sesaat, lalu mengelus kucing itu. Bukannya lari, kucing itu malah manja-manja. Ruto hanya terdiam melihatnya.
“Kucing itu lucu ya.” Sahut Nao yang juga melihat kejadian itu.
“Ayam lebih lucu.” Ruto menjawab datar.
“Itu kan cuma bagimu!” Nao tersenyum dan melempar gelasnya ke tong sampah. Masuk.
“Tuh kan, apa kubilang. Kalau dari awal sial, akan sial terus.”
“Jangan berprasangka buruk!” Nao menyemangati Ruto, “Yang terbaik biasa disimpan buat terakhir. Nanti, pasti kamu bakal dapat kejutan!”
“Ya, kejutan dalam artian buruk.” Ruto makin suram.
“Ayolah, semangat dong!” Nao masih berusaha menyemangati Ruto. Ruto hanya mengangguk loyo.
“Kalau kamu menganggap ini hari yang baik, hari ini pasti bakal jadi hari yang baik!”
Kalimat yang keluar dari mulut Nao kali ini berhasil menggetarkan dinding prasangka buruk Ruto. Sedikit sedikit, ditanamkannya perasaan senang dan terus diulang-ulangnya kata-kata ‘hari ini akan lebih baik’ di otaknya.
“Hari ini akan lebih baik!” Ruto kembali mengulang kalimat itu. Nao hanya tersenyum sebagai reaksinya.
“Oke. Sekarang, kita main apa? Masa iya kesini cuma suram-suraman doang.” Nao mulai berdiri dan mengajak Ruto berdiri juga. Ruto ikut berdiri dan menunjuk ke sebuah wahana besar. Wahana yang semuanya pasti tau. Nao hanya terbelalak melihat arah jari telunjuk Ruto.
“Roller coaster.”
***
“Uuugh, semoga ini terakhir kalinya aku naik roller coaster...” Nao keluar dari kamar mandi setelah muntah-muntah. Selama menaiki wahana itu, dia terus berteriak. Sementara Ruto, dia merasa pusing. Keduanya kini beristirahat di bangku panjang dekat roller coaster.
“Kenapa kamu mau main roller coaster dulu?!” Protes Nao. Roller coaster yang ini, entah kenapa rasanya sangat panjang dan berputar-putar ribuan kali. Perutnya serasa dikocok-kocok, dan berhasil membuatnya mengeluarkan seperempat dari bubble drinknya tadi.
“Kukira.. bakalan seru...” Ruto menjawab loyo. Kepalanya seperti berputar dan tak mau berhenti.
“Oke, gak ada roller coaster lagi, ga ada wahana yang bikin mabok. Cukup!” Nao mengecek handphonenya. Masih ada satu jam sebelum makan siang.
“Sekarang naik apa?” Tanya Ruto setelah pusingnya mereda.
“Ayo cari wahana yang bikin rileks. Misalnya, perahu bebek!” Nao mengajukan idenya.
“Emangnya orang pacaran...” Ruto sweatdropped. “Kalo disini sih, wahana apa yang bikin rileks? Semuanya ngocok otak!”
“Oke, aku SMS yang lain dulu. Yang lain lagi dimana ya?” Nao mengeluarkan handphonenya. Ruto menunggu, dan akhirnya, sebuah respons positif muncul dari Nao.
“Tsuki, Seo, Nana dan Subaru lagi di karaoke box!”
***
“Ruto!” Seru Seo ketika melihat Ruto dan Nao yang menunggu di depan tempat karaoke.
“Maaf ya, aku meledek kamu terus.” Seo meminta maaf, dan Ruto hanya memberi anggukan.
“Kazuki sama Mellowly mana?” Tanya Nao.
“Pacaran. Double date sama Merlot dan Mura.” Jawab Seo.
Setelah Ruto dan Nao membayar masuk dan Seo meminta izin ke petugas untuk menambah orang, Tiga orang itu langsung memasuki ruangan tempat Tsuki, Subaru dan Nana.
“Eeeh, Nao!” Tsuki terlihat senang ketika Nao masuk. Di dalam ruangan mereka, Subaru dan Nana sedang bernyanyi Happy Synthesizer.
"Wah, pake nge-dance segala..." Nao sweatdropped. Empat laki-laki disana menunggu Nana dan Subaru menyelesaikan lagunya (dan memberikan giliran pada mereka) dengan mengobrol.
“Oke, sekarang kalian berempat!” Nana memberikan mikrofon ke Nao ketika lagunya selesai.
“Berempat? Nyanyi lagu yang sama?” Tanya Tsuki. Nana menagngguk.
“Nao aja yang pilih lagunya.” Suruh Ruto. Nao hanya mengangguk dan mencari lagu yang diinginkannya. Nao memutuskan pilihannya dan mencari lagu di search.
“Ayo kita nyanyi Music!”
"Nee, Music... Yoroshiku ne...."
“Yeah!” Nana dan Subaru bertepuk tangan ketika keempat laki-laki disana menyelesaikan lagunya.
“Oke, sekarang siapa?” Tanya Nao.
“Aku!” Subaru mengambil mikrofon di tangan Nao.
“Mau nyanyi apa?” Tanya Tsuki.
“Bad Apple! Sama Ruto!” Subaru memberikan satu lagi mikrofon ke Ruto.
"Nagareteku toki no naka de demo kedarusa ga hora guruguru mawatte"
“Eeh, Aku laper nih!” Nana mengeluh.
"Mau cinnamon stick? Ehehehe....” Tsuki membuat nada bicaranya menjadi seram.
“Hah, mentang-mentang baru duat trick and treat!” Nana merengut.
“Tapi bener sih, laper. Masih sisa berapa menit nih?” Tanya Seo.
“Sisa 20 menit. Mau nyanyi apa lagi?” Tsuki melihat timer di ujung layar karaoke.
“Oh iya, Ruto belum nyanyi sendiri, ya kan?” Tanya Nao. Ruto hanya mengangguk.
“Ayo, ayo nyanyi! Aku yang pilihin ya!” Subaru mengambil remote dan memilihkan lagu untuk Ruto.
“SHIROI YUKI NO PURINSESU WA!” Pekik Subaru girang. Ruto hanya sweatdropped dan meraih mikrofon yang terletak di meja.
“Kagami yo kagami yo kagami san...”
Semuanya menikmati suara rendah Ruto. Diselingi cekikikan, karena membayangkan Ruto sebagai putri salju.
“Onegai Kissu de-“
CHU!
“Haa...”
Seketika, wajah Ruto memerah. Subaru tiba-tiba mencium pipinya. Ruto yag kaget, hanya cengo. Yang lain juga cengo. Kaget.
“CIEEEEEE!!!!!” Teriak Nao, Seo, Tsuki dan Nana. Wajah Subaru agak memerah, tapi dia senang!
“Onegai Kisu de, me wo samashite hoshiino, shiroi...” Subaru ikut bernyanyi. Seketika, Ruto ‘kembali ke bumi ‘ dan ikut bernyanyi bersama Subaru.
“Oke, sebagai lagu terakhir, aku mau kita nyanyi vocaloid medley 1! Dan kita oper-operan mic!” Kali ini, wajah Ruto menyiratkan kesenangan. Yang lain hanya mengiyakan. Dengan semangat, tentu saja!
“Un!”
“..Sore sore no Hajimete no Oto no....”
Nyanyian Tsuki mengakhiri sesi mereka. Ke-enamnya keluar ruang karaoke dan berjalan menuju restoran.
“Hah..... Kenapa aku yang dapat Disapearance...” Ruto mengatur nafasnya.
“Tapi seru kan!” Seo menyenggol Ruto. Kali ini, Ruto tersenyum.
“Tadi Seo jago banget If you were gay... Padahal kan bahasa Inggris!” Tsuki sweatdropped, sementara Seo nyengir gaje.
“Ehehe... Aku juga pengen deh, dengar kamu nyanyi lagu bahasa Inggris!” Seo masih nyengir.
“Harusnya tadi kita nyanyi Somebody I used to know tuh.”
“Haha, lagu itu. Lagu yang bikin para UTAU Overseas menggila.”
Tiap langkah yang mereka ambil diiringi percakapan hangat. Begitu juga saat mereka makan.
“Akhirnya, kenyang!” Subaru meregangkan badannya.
“Sekarang kita main apa?” Tanya Nao.
“Bom bom car!” Usul Nana.
Permainan demi permainan mereka jalani. Tabrakan yang disengaja saat main bom bom car, tembak-tembakan yang rusuh, cangkir berputar yang membuat perut mereka terkocok, rumah hantu yang hampir membuat Nana menangis, dan berbagai permainan lainnya. Sampai akhirnya, sore menjelang, dan mereka menaiki wahana yang bisa dibilang wajib, ferris wheel.
“Aku masuk sama Nao ya!” Seo langsung menarik Nao dan menaiki wahana itu.
“Err... Nana.” Tsuki menarik Nana masuk salah satu bola yang terhubung dengan inti ferris wheel itu.
“Aku sama Ruto-kun!” Subaru langsung menggandeng Ruto dan memasuki wahana itu.
Ruto dan Subaru duduk berhadapan. Keduanya melihat ke jendela, langit sore ini terlihat indah.
“Kurikaesu manichi to, Hitogomi ni magirete..” Subaru mulai bernyanyi. Ruto mengalihkan pandangannya ke gadis kecil berambut ungu di hadapannya, dan ikut barnyanyi.
“Oikakeru yuuyake wa, dokoka natsukashikute..”
Keduanya bernyanyi bergantian. Sunset. Judul yang sesuai dengan saat ini.
“Ruto-kun, aku suka kamu!” Subaru mengutarakan perasaannya ketika lagu yang mereka nyanyikan selesai. Ruto terdiam dan mengalihkan pandangannya ke jendela. Matahari hampir tenggelam sempurna. Oranye menghiasi langit. Suasananya terlihat begitu menentramkan.
“Aku suka kamu juga.” Ruto mengalihkan pandangannya ke Subaru, dengan senyum lembut yang jarang ditunjukannya.
***
“Pemandangannya keren!” Seo terlihat puas begitu keluar dari wahana itu.
“Dasar matahari!” Nao cekikikan.
“Sekarang kemana lagi?” Tanya Tsuki.
“Tempat pemberhentian terakhir, tentu saja!” Nana menyahut dengan semangat.
“TOKO SOUVENIR!!” Subaru menggandeng Nana dan berlari menuju toko souvenir yang tidak begitu jauh dari tempat mereka.
“Mereka lucu ya!” Tsuki senyum senyum sendiri. Sementara, yang lain menjauh beberapa langkah dari Tsuki.
“Heh? Kalian kenapa?” Tsuki sweatdrop menyadari sahabat-sahabatnya menjauhinya.
“Tsuki mulai lolicon...” Nao berbicara dengan pelan.
“Aku bukan lolicon!” Tsuki merengut dan mulai berjalan ke toko souvenir juga. “Aku mau beli sesuatu buat Coyote.”
“Ah, ya. Aku juga mau cari sesuatu buat Nae. Bisa aja dia ngambek karena ditinggal.” Nao mengikuti Tsuki.
“Ikut aja yuk. Daripada karatan disini.” Seo mengikuti yang lainnya, sementara Ruto mengekor.
Ruto menunggu yang lain keluar dari toko souvenir. Dia tidak membeli apapun, hanya melihat-lihat. Lagipula, tak ada yang membuatnya benar-benar tertarik di dalam. Beberapa menit diisinya sambil bermain handphone, dan Subaru keluar dari toko itu.
“Ruto-kun!” Subaru memeluk Ruto dari belakang.
“Ee-eh?” Ruto gelagapan sekaligus kaget.
“Otanjoubi omedeto!” Subaru melepaskan pelukanya dan menyerahkan sebuah bungkusan ke Ruto.
“Popcorn?” Ruto hanya bingung melihat bugkusan popcorn di hadapannya.
“Bukan cuma popcorn! Ayo buka!” Subaru menyuruh Ruto membukanya sekarang juga. Ruto hanya menurut, dan dibukanya bungkusan popcorn itu. Isinya tetap, popcorn. Tapi, di bawah tumpukan popcorn itu, terlihat sebuah plastik. Ruto mengambilnya, dan mendapati cookies dengan bentuk piyo (baca: ayam) dan sebuah gantungan handphone berbentuk ayam yang dibungkus dalam plastik itu. Ruto berganti menatap Subaru, dan Subaru terseyum.
“Subaru, Makasih!” Ruto memeluk Subaru, dan Subaru balas memeluknya.
***
Hari semakin larut, dan selesailah sesi mereka bermain. Kesepuluhnya makan malam, lalu menaiki kereta menuju Japanese-UTAU Mansion. Di kereta, Nana, Mura dan Subaru yang kelelahan tertidur pulas. Sementara Seo dan Tsuki main handphone, Kazuki mengobrol bersama Shirasagi bersaudara. Nao yang bosan hanya melihat keluar jendela, dan Ruto yang duduk di sebelahnya memakan cookies buatan Subaru.
“Nao, kamu benar.” Ruto mengalihkan pandangannya dari makanannya ke Nao. Nao hanya tersenyum mengerti maksud Ruto.
“Hari ini akan jadi hari yang baik, kalau kita menganggap hari ini baik.”
"Jadi, ini hari terbaikmu di tahun ini?"
"Mungkin. Mau cookies?"
"Tentu."
Omake:
“Subaru, Makasih!” Ruto memeluk Subaru, dan Subaru balas memeluknya.
CKREK!
“Wah, mesra banget!” seru Nana pelan.
“Masih kalah mesra sama aku dan Kazuki-kun!” Mellowly memeluk Kazuki. Merlot hanya sweatdropped melihat adiknya begitu sayang pada pacarnya. Kini, kedelapan orang itu (baca: Nana, Mellowly, dan lain-lain) sedang mengamati adegan Ruto dan Subaru di hadapan mereka.
“Adikku sudah besar...” Mura senyum-senyum sendiri.
“Yak, ini bakal jadi foto yang bagus!” Seo mengamati hasil jepretannya.
“Seo, mending jangan di-upload deh, nanti kamu bisa dihajar...” Nao sweatdropped.
“Biarlah, Nao” Tsuki memutar matanya dan kembali mengalihkan pandangan ke handphonenya.
-OWARI-
Oke, ini masih setengah WIP, nanti bakal kutambahin bonus. Sepertinya ini aja. Maaf telat sehari :D
Daah~
Komentar
Posting Komentar
Boleh dong tinggalin jejak *winkwink